Salah satu strategi yang sering digunakan oleh para pengiklan untuk menarik perhatian konsumen adalah dengan menggunakan iklan bermuatan seks.
Namun, beberapa penelitian mengungkap bahwa iklan bermuatan seks tidak terlalu efektif untuk meningkatkan kesadaran seseorang terhadap sebuah merek atau produk.
Penelitian tersebut mengungkap bahwa muatan vulgar dalam sebuah iklan tidak hanya gagal dalam menjual merek atau produk namun juga mengalihkan pandangan konsumen dari pesan utama iklan tersebut.
Jadi, muatan seks justru membuat pesan-pesan lain yang terkandung dalam iklan terabaikan.
Walaupun demikian, beberapa perusahaan tetap menggunakan iklan bermuatan seks dalam memasarkan produknya. Salah satu perusahaan yang identik dengan iklan bernuansa vulgar adalah Calvin Klein, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pakaian.
Calvin Klein selalu menampilkan iklan bermuatan vulgar yang bersifat kontroversial dalam setiap media promosinya sehingga sering menimbulkan kemarahan dari masyarakat.
Setelah itu, perusahaan ini menarik kembali iklan-iklan tersebut. Berkat iklan bermuatan seks yang kontroversial tersebut, perusahaan ini mendapatkan publikasi gratis dari berbagai media sehingga merek ini menjadi terkenal dan produknya pun laku di pasaran.
Namun ternyata kesuksesan yang diperoleh Calvin Klein ini tidak disebabkan oleh muatan seks yang terdapat pada iklannya, melainkan kontroversi yang dibuatnya sehingga mereknya ramai dibicarakan dan dikenal banyak orang.
Jadi, seks hanya digunakan sebagai pemicu untuk menciptakan kontroversi agar diperhatikan banyak orang.
“Seks tidak menjual apa pun selain seks itu sendiri”
Martin Lindstorm