Otak anak merupakan alat peniru yang sempurna.
Setiap anak akan meniru apa saja yang dilihatnya. Orang tua merupakan objek paling awal dan utama yang ditiru oleh seorang anak. Anak meniru perkataan, tingkah laku, dan kebiasaan orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan contoh yang baik kepada anaknya.
Selain itu, anak juga akan meniru hal-hal yang ada di sekitarnya. Jadi, orang tua harus mengarahkan anak untuk dapat meniru hal positif dari lingkungan sekitarnya tersebut.
Sebagai kelanjutan dari prinsip meniru, seorang anak melakukan sesuatu yang baru dengan cara melakukan suatu percobaan (Trial). Seorang anak akan mencoba hal yang belum pernah dilakukan sehingga dia memahami hal tersebut.
Selanjutnya, ketika mencoba, seorang anak akan mengalami suatu peristiwa (Event) dari pengalaman percobaan tersebut. Dari situlah anak akan memperoleh umpan balik (Feedback) dari sekitarnya tentang apa yang telah dicobanya tersebut.
Tidak berhenti di situ, anak akan memeriksa (Check) umpan balik yang diterimanya. Setelah itu, anak akan melakukan penyesuaian (Adjust) agar bisa mencapai tujuan percobaan itu. Apabila anak mampu mencapai tujuannya, berarti dia sukses (Succeed) melakukan percobaan tersebut.
Siklus trial-event-feedback-check-adjust-succeed ini dikenal dengan prinsip TEFCAS.
Selain itu, otak juga bekerja secara berkesinambungan. Seorang anak dapat memikirkan sesuatu yang tidak terbatas. Seorang anak mampu berkhayal tentang segala sesuatu yang ada di dalam otaknya sehingga kreativitas, memori, dan keunikannya dapat terus tumbuh dan berkembang.
Di samping itu, untuk mempertahankan hidup, otak anak berfungsi juga sebagaialat pencari kebenaran. Seorang anak tidak akan dapat menerima apabila dia dibohongi dan diperlakukan tidak adil.
Oleh karena itu, orang tua harus mengatakan sesuatu yang benar terkait dengan perilaku, disiplin, emosi, dan peraturan sehingga anak-anak akan menganggap itu sebagai sesuatu yang benar pula.
“Otak anak anda adalah sebuah mekanisme keberhasilan”
Tony Buzan