Mashudul Haq yang berarti ‘’pembela kebenaran’ adalah nama asli dari Agus Salim. Nama Agus berasal dari salah seorang pembantu rumah tangga yang kerap memanggilnya ‘Bagus’, yang berarti tuan dari keluarga ningrat. Sedangkan Salim berasal dari nama ayahnya, Mohammad Salim.
Setelah lulus dari Europeesche Larege School (ELS), Salim masuk Hogere Burger School (HBS)
yang tidak lepas dari pengaruh liberalisme yang saat itu berkembang di negeri Belanda. Harapan ayahnya, Agus Salim dapat meneruskan sekolah dokter di negeri Belanda dengan beasiswa.
Walaupun menjadi lulusan terbaik di HBS, beasiswa tidak kunjung Salim dapatkan. Akhirnya Salim memutuskan untuk bekerja sebagai penerjemah dan sempat berpindah-pindah perusahaan sehingga menambah kemampuan bahasanya, mulai dari Inggris, Jerman, Prancis, Turki, Jepang hingga Arab.
Selain sibuk dengan belajar dan bekerja, Salim juga memiliki kisah romantisme tersendiri. Salim pernah bersumpah akan menikahi seorang gadis, Zainatun Nahar, di kampung halamannya. Setelah lima tahun, sumpah itu akhirnya terwujud dengan mengorbankan pekerjaannya di Jeddah pada tahun 1912.
Kisah cinta Salim dan Zainatun tetap langgeng hingga hayat memisahkan mereka.
Selain menikahi Zainatun, kepulangan Salim dari Jeddah juga untuk mendirikan Hollandsche Inlandsche School (HIS). HIS adalah pendidikan Belanda untuk tingkat Sekolah Dasar (SD).
Sekolah itu didirikan di kota Gadang dengan prakarsa dari HIS Studiefonds. Keikut-sertaan Salim dalam lembaga ini, sebagai pengelola, berlangsung selama tiga tahun sebelum dia terlibat dalam dunia pergerakan bersama Sarekat Islam di Surabaya.
Meskipun ditinggal Salim, sekolah ini terus berdiri hingga diambil alih Belanda pada tahun 1929.