Gejala-gejala yang disebabkan oleh gangguan sistem saraf otonom disebut “penyakit inkonsistensi tubuh”.
Gangguan semacam itu disebabkan oleh dominasi kerja saraf simpatik, saraf yang bekerja ketika dalam kondisi yang emosional. Berlawanan dengan saraf parasimpatik yang lebih dominan bekerja ketika tubuh bersantai atau tertidur.
Terlalu banyak stres menyebabkan kerja saraf simpatik menjadi dominan. Padahal penting sekali menjaga keseimbangan kerja saraf simpatik dan parasimpatik.
Dua saraf ini berlawanan fungsi, yang ibarat pedal gas dan rem keduanya dibutuhkan agar kendaraan dapat berjalan dengan baik.
Sistem kekebalan tubuh juga berpengaruh terhadap stres. Mekanisme pertahanan tubuh dilakukan oleh sel-sel darah putih yang melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh.
Apabila dalam kondisi stres maka saraf simpatik akan terpengaruh lalu sel darah putih akan menjadi butiran-butiran sel. Dalam jumlah berlebih, keberadaan sel ini akan memakan sel-sel normal sehingga menyebabkan peradangan.
Oleh karena itu, cobalah lebih bersantai dan tidak memaksakan diri bekerja terlalu keras. Hindarilah kebiasaan begadang karena dapat meningkatkan risiko serangan penyakit.
Gunakan waktu tidur sebaik mungkin, karena jam biologis tubuh telah ‘disetel’ untuk memperoduksi hormon-hormon yang dibutuhkan oleh tubuh dan mencegah munculnya sel-sel abnormal pemicu kanker.
Hormon melatonin merupakan hormon perangsang tidur yang meningkat ketika kerja saraf parasimpatik lebih dominan, sehingga tubuh lebih siap untuk beristirahat. Apabila pembentukan hormon ini terganggu maka kualitas istirahat tubuh akan memburuk.