Air bisa jadi merupakan zat pertama yang dapat mengenali perubahan. Masaru, bahkan sudah menduga hal ini jauh sebelum ia memulai penelitian kristal air.
Pada siang hari ketika Irak menyerang pada awal Perang Teluk I, Masaru mengukur getaran dari air ledeng di Tokyo dan menemukan peningkatan tajam nilai getaran yang dihasilkan oleh raksa, timbal, aluminium, dan zat lain yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Masaru baru menyadarinya setelah ia membaca koran sehari setelah melakukan pengukuran tersebut. Ia melihat berita tentang Perang Teluk I memenuhi halaman depan koran-koran. Jika saja saat itu Masaru sudah melakukan penelitian tentang kristal air, pasti hasilnya akan sangat menarik.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, alam mampu menyalurkan informasi melalui getaran. Bom yang dijatuhkan di satu sisi bumi pun dengan cepat informasinya dapat sampai ke seluruh dunia melalui getaran. Getaran ini menyebar melampaui batas ruang dan waktu.
Air memperoleh informasi, sembari beredar ke seluruh bumi, ia membagikan informasi tersebut. Salah satu cara membaca informasi dari air adalah melalui pengamatan terhadap kristal air. Ketika melihat beragam kristal air dari yang paling indah hingga yang tak berbentuk, itulah saat ketika Anda melihat materialisasi kehidupan.
Selain itu, tubuh manusia yang sebagian besar terdiri dari air merupakan kata kunci dari misteri alam semesta. Air yang ada di berbagai belahan dunia menjadi cerminan jiwa manusia. Melalui penelitian tentang kristal air, Masaru yakin air mampu menyampaikan pengetahuan kepada manusia tentang hakikat hidup yang harus dijalani.
Penelitian pertama yang dilakukan Masaru ialah membandingkan kristal air ledeng dengan air alami (sungai bawah tanah, hulu sungai, dsb). Kristal air alami menampilkan bentuk yang indah dan detail, sedangkan kristal air ledeng sama sekali tak berbentuk.
Air ledeng di Jepang tidak bisa menghasilkan kristal disebabkan mengandung klorin. Zat ini telah digunakan selama lebih dari lima puluh tahun di Jepang ketika penelitian ini dilakukan.
Buangan industri yang dilimpahkan ke badan sungai turut berkontribusi terhadap tidak terbentuknya kristal air, sehingga air kemudian menjadi media penyebaran racun ke seluruh dunia. Padahal, pencemaran itu awalnya dilakukan oleh manusia.
Organisasi Perdagangan Dunia, WTO, menyatakan bahwa abad 20 dimulai dengan perang untuk ketersediaan minyak, tetapi di abad 21 kita akan melihat perang untuk ketersediaan air bersih.
Manusia telah sampai kepada pemikiran bahwa gaya hidup dapat diperoleh secara mudah dengan biaya berapa pun. Pemikiran ini menjerumuskan manusia kepada perilaku merusak yaitu mencemari lingkungan.
“Jika Anda membuka mata, Anda akan melihat bahwa dunia penuh dengan hal-hal yang layak untuk disyukuri. Bila Anda sudah menjadi wujud rasa syukur, pikirkan betapa murninya air yang akan mengisi tubuh Anda. Ketika ini terjadi, Anda sendiri akan menjadi kristal cahaya yang cemerlang dan indah.”
Masaru Emoto