Misinterpretasi dari sebuah komunikasi seringkali terjadi. Hal itu bisa terjadi bukan semata-mata disebabkan oleh ketidakcakapan pendengar dalam menangkap maksud pembicara. Komunikasi memerlukan kerja sama yang baik dari kedua pihak dan latar belakang budaya yang berbeda dapat memengaruhi kesuksesan penyampaiannya.
Bentuk komunikasi terbagi menjadi dua, yakni komunikasi konteks rendah (low context) dan konteks tinggi (high context). Komunikasi konteks rendah merupakan kondisi di mana orang berbicara secara tersurat, jelas dan tanpa basa-basi. Contohnya orang-orang dari Amerika Serikat, Kanada, Australia, Belanda dan Jerman.
Sebaliknya, komunikasi konteks tinggi yang banyak dilakukan oleh orang dari Asia dan Afrika merupakan penyampaian secara tersirat dan adanya asumsi bersama yang seharusnya dipahami oleh kedua belah pihak.
Perbedaan ini menyebabkan orang berkonteks rendah sering dianggap tidak sopan di mataorang berkonteks tinggi. Di sisi lain, orang berkonteks tinggi terkesan tidak transparan dan tidak mampu berkomunikasi secara efektif di mata orang berkonteks rendah.
Oleh karena itu, seseorang bisa saja merupakan komunikator hebat di budaya asalnya, namun ketrampilannya tersebut tidak selalu berlaku di budaya lain.
Maka, coba sampaikan secara lugas dan transparan jika Anda sedang berbicara dengan orang berkonteks rendah. Di akhir pembicaraan, jabarkan ulang apa yang telah Anda katakan.
Kepada lawan bicara yang berkonteks tinggi, Anda perlu berlatih mendengarkan dengan lebih hati-hati. Amati bahasa tubuh lawan bicara. Ajukan pertanyaan dan konfirmasi ulang jika Anda tidak yakin. Jangan membentuk opini terlalu cepat jika Anda tidak mengerti.
Apabila Anda bekerja dengan tim yang berasal dari berbagai latar belakang budaya (multikultural), maka cara yang aman ialah gunakan komunikasi tingkat rendah dengan pemilihan kata-kata yang halus dan sopan.
Diskusikan pula kepada orang-orang berkonteks tinggi dalam tim bahwa hal tersebut diperlukan agar seluruh anggota tim dapat mengerti apa saja yang disampaikan.