Sosok Sukarno jelas mampu membuat hati wanita meleleh, tak urung ada sembilan wanita yang menyandang atau pernah menyandang status sebagai nyonya Sukarno.
Tiap wanita membawa kisah masing-masing yang tak kalah unik satu dengan lainnya. Tak semua pernikahan tersebut membuahkan anak, serta tak semua berakhir dengan perceraian.
Banyak pengarang yang ragu pada tanggal kelahiran Sukarno. Ada yang berpendapat sang ayah memudakan usianya ketika melamar ke HBS. Hal ini juga yang menyebabkan perkiraan selisih usia dengan para istrinya beragam.
Namun bisa dikatakan bahwa rekor rentang usia terjauh dipegang oleh Heldy Djafar-ibunda Maya mantan istri Ari Sigit, sekitar 48 tahun.
Sukarno sangat tahu bagaimana memperlakukan perempuan. Daya tarik serta intelektualitasnya menjadikan sosok Sukarno sebagai penakluk wanita. Ia tahu sekali bagaimana cara membuat wanita merasa menjadi satu-satunya yang paling dicintai.
Mulai dari sekedar menulis catatan kecil, memuji busana dan tata rambut, hingga mengambilkan minuman.
Sebagai sosok yang percaya mampu memindahkan gunung dengan kata-kata, tentunya Sukarno membutuhkan dukungan total dari orang sekitar. Saat kecil, ia menerimanya dari Sarinah sang mengasuh.
Ketika dewasa, sosok Inggit Garnasih yang menjadi sumber bagi semangatnya yang menyala-nyala. Tanpa peran serta seorang Inggit, sosok Sukarno tak akan mampu bertahan ketika dipenjara di Sukamiskin dan diasingkan di Ende.
Pernikahan dengan Inggit justru berakhir saat Sukarno mulai merasakan kejayaan dan tanpa keturunan. Sebenarnya ada dua anak angkat Sukarno bersama Inggrit (Ratna Djuami dan Kartika). Namun sepertinya keberadaan mereka tidak terlalu terekspos masyarakat.
Sementara itu dari Fatmawati, Hartini, Dewi, serta Kartini Manoppo, Sukarno memperoleh keturunan. Lima orang dari Fatmawati ( Guntur, Mega, Rahma, Sukma dan Guruh), dua dari Hartini (Taufan dan Bayu), masing-masing satu orang dari Dewi (Kartika) dan Kartini Manoppo (Totok).
Satu hal yang menjadi tugas tambahan bagi ajudan Sukarno ialah memastikan semuanya sudah rapi seperti sedia kala. Sang ajudan harus memastikan semuanya berjalan sempurna. Tidak ada bekas lipstik yang tertinggal sebagai contoh. Sehingga tidak ada istri yang merasa tersakiti.
Memiliki istri lebih dari satu membuat Sukarno harus sangat berhati-hati. Jangan sampai ada bau minyak wangi yang tertinggal ketika ia mengunjungi salah satu istri. Jika baunya masih ada, maka ia akan mandi lagi.
Segala upaya perlu dilakukan oleh Sukarno untuk menjaga keharmonisan rumah tangganya, termasuk membuat sebuah truk mogok di depan istana atau membuat mobil salah satu istrinya rusak.
“Cara termudah melukiskan tentang diri Sukarno adalah dengan menamainya seorang maha-pencinta. Dia mencintai negaranya, dia mencintai rakyatnya, dia mencintai wanita, dia mencintai seni, dan-melebihi segalanya- dia mencintai dirinya sendiri.”
Sukarno