Sebagai highest-value brand, keberhasilan Coca Cola salah satunya terletak pada fokusnya di music strategy. Brand ini membangun hubungan emosional dan engagement dengan konsumennya.
Tidak hanya melalui musik di iklan, Coca Cola berkolaborasi dengan musisi dan pencipta lagu dari berbagai negara di dunia, melalui kampanyenya “ Open Happiness”. Strategi Coca Cola menjadikan musik sebagai medium untuk menyebarkan pesan pemasaran, menembus berbagai jaringan digital dan media sosial, menjangkau target anak-anak muda secara luas.
Begitupula brand kopi seperti Starbucks, yang sejak awal menyadari bahwa mereka “menjual” lebih dari sekedar minuman kopi. Suasana, pengalaman dan eksklusivitas dalam budaya minum kopi menjadi perhatian Starbucks untuk membangun brand-nya. Musik digunakan Starbucks untuk menciptakan suasana yang nyaman di café. Bahkan Starbucks membangun record label nya sendiri bernama Hear Music.
Apa yang dilakukan oleh brand-brand tersebut, membuat mereka berbeda dari kompetitor karena mereka mahir dalam mendayagunakan musik sebagai strategi branding-nya. Nike sebagai salah satu brand terkemuka, secara konsisten juga memanfaatkan kekuatan musik. Nike bekerjasama dengan Apple iTunes sehingga konsumen Nike kian loyal dan menjadi fans.
Music Branding menjadi strategi yang digunakan oleh brand-brand itu. Berbeda halnya dengan musik yang kita dengar di iklan TV atau radio, yang sifatnya komplementer bagi gambar bergerak. Musicbranding memposisikan musik sebagai pusat medium komunikasi. Starbucks, Coca Cola, Nike merupakan sejumlah brand yang mendayagunakan musik untuk membangun brand experience dan mendorong komunikasi pemasarannya di level strategis.
Tren menunjukkan bahwa marketer harus melihat musik tak sekedar sebagai entertainment. Bukan juga sekedar komplemen pada iklan di TV dan radio. Potensi music branding menjadikan musiksebagai channel dan medium komunikasi. Jadi, tantangannya bagaimana memanfaatkan musik sebagai channel media untuk mencapai tujuan pemasaran suatu brand.
Berikut 5 tren dalam lanskap pemasaran saat ini:
“Di era digitalisasi yang kian berkembang, brand yang paling berhasil adalah yang mampu menciptakan percakapan dengan konsumennya. Semakin Anda melibatkan konsumen dengan brand, semakin besar kemungkinan untuk konsumen menjadi advokat yang menyuarakan cerita positif tentang brand. Semakin besar potensi word of mouth tentang brand Anda.”
Jakob Lusensky