Buku

Self-Driving

Menjadi Driver atau Passenger?
By Prof. Rhenald Kasali
<
>
2 dari 7

Anda sudah diberikan mandat kehidupan oleh Sang Pencipta dan juga dibekali dengan “kendaraan” istimewa, yaitu diri Anda sendiri.  Anda pun bebas menentukan mau menjadi siapa: seorang passenger atau driver?

Menjadi seorang passenger berarti Anda bisa hidup dengan tenang, boleh mengantuk dan tidur, serta tidak ada tanggung jawab dan juga risiko. Sementara jika memutuskan untuk menjadi seorang driver maka Anda harus berani mengambil risiko dan tanggung jawab yang lebih besar.

Sebuah perubahan tidak diciptakan oleh orang-orang bermental passenger melainkan oleh orang-orang bermental driver. Sayangnya, sistem pendidikan Indonesia yang dimulai dari rumah dan kemudian berlanjut ke sekolah dan universitas tidak membentuk manusia-manusia bermental semacam ini.

Manusia Indonesia hanya diajarkan untuk sekedar “tahu”, bukan “bisa”; tidak mau berpikir dan hanya mahir dalam memindahkan informasi dari buku ke dalam otaknya. Sistem pendidikan ini tentu harus diubahagar dapat menghasilkan orang-orang yang bisa menjadi aktor perubahan.

Ada beberapa tahap awal untuk mengubah mental passenger ini menjadi driver. Tahap awalnya adalah sebagai berikut:

  • pertama, hilangkanlah ketergantungan;
  • kedua, belajar hal-hal baru; dan
  • ketiga, keluar dari zona nyaman.

Perjalanan hidup manusia dimulai dari sebuah lingkungan kecil bernama keluarga. Seorang anak manusia diasuh dengan penuh kasih sayang oleh orang tua sampai mereka beranjak dewasa.

Sayangnya, kebanyakan orang tua di Indonesia terlalu mengkhawatirkan dan terlibat terlalu jauh terhadap kehidupan dan masa depan anak-anaknya, sehingga secara tidak langsung seorang anak akhirnya memiliki ketergantungan yang besar kepada orang tuanya.

Begitu juga sistem pendidikan formal yang ada di sekolah. Para anak didik hanya diajarkan untuk memindahkan informasi dari buku ke kepala. Hal ini tentunya tidak mengajarkan mereka untuk “berpikir” dan juga “belajar”. Mereka hanya menghapal: menerima apa yang sudah ada tanpa proses berpikir lebih jauh. Akibatnya, pikiran mereka menjadi kaku dan hanya memahami sebatas apa yang ada di dalam buku.

Untuk membentuk manusa bermental driver, sistem ini perlu diubah. Orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk memilih hidupnya sendir: mencoba hal-hal baru meskipun berisiko dan juga membiarkan mereka untuk tumbuh dan berkembang tanpa kehawatiran dan keterlibatan yang terlalu jauh.

Sistem pendidikan di sekolah formal juga harus diubah. Guru dan pendidik harus memberikan pengetahuan yang mengajak anak didik dan mahasiswanya untuk belajar dan berpikir lebih luas, tidak hanya dalam konteks formal, tapi juga informal.

Hidup tidak lepas dari perubahan dan itu semua menuntut manusia untuk selalu berpikir dan belajar. Manusia sendiri sudah dibekali Sang Pencipta dengan sebuah modal penting, yaitu mental. Mental tersebut bisa dibagi dua, mental penumpang (passenger) dan pengendara (driver).

Untuk menghadapi perubahan manusia harus berpikir dan ini hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki mental “pengendara”. Dengan memilih untuk bermental pengendara seseorang tidak hanya akan mengubah dirinya sendiri, melainkan juga dapat mengubah orang lain, organisasi dan juga masyarakat di sekitarnya.

Dari sejumlah orang yang menekuni profesi tertentu, kurang dari 2% yang benar-benar serius dan mengembangkan dirinya. Yang lain terperangkap dalam mentalitas penumpang yang memilih untuk menunggu“

Rhenald Kasali

<
>
2 dari 7
Baca di Pimtar App Beli Buku Ini
Video
Tony Robbins
Memahami Motivasi Manusia dalam Melakukan Sesuatu
Buku
Dale Carnegie Training
Kiat Menjadi Pribadi yang Tegas, Mudah Memahami Orang Lain, dan Cakap Menyelesaikan Konflik
Buku
Darmawan Aji
Hidup Bahagia dan Sejahtera dengan Terencana
Buku
Atul Gawande
Bagaimana melakukan segalanya dengan benar lewat checklist
Buku
Astrid Savitri
Kita Semua Bisa Jadi Influencer!
Buku
Andrei G. Aleinikov, Ph.D.
5 Langkah untuk Berpikir Seperti Seorang Jenius