Tidak setiap kata memiliki makna penting. Oleh karenanya, hanya kata-kata tertentu perlu diberikan aksentuasi. Prinsip penggunaan aksentuasi akan optimal jika disertai dengan perasaan tertentu yang mendukung. Bukan dengan mengingat aturan-aturan tertentu.
Hampir semua kalimat memiliki beberapa kata kunci, untuk mewakili ide-ide yang paling penting. Para pembicara dapat menarik perhatian audiensnya, dengan kata-kata yang mewakili ide-ide penting. Pembicara yang bagus akan menonjolkan kata-katapentingnya laksana “puncak-puncak gunung”, dan kata-kata yang tidak penting akan dibenamkan bagaikan “dasar sungai”.
Prinsip penting aksentuasi, ditentukan oleh perbedaan dan perbandingan. Agar sebuah kata terdengar menonjol, penyampaiannya harus berbeda dari kata lainnya. Misalnya, jika dari awal Anda berbicara dalam nada rendah, gunakan nada tinggi untuk kata yang perlu ditekankan. Dan jika dari awal Anda berbicara dengan cepat, ucapkan kata yang ingin Anda tekankan dengan lambat.
Jangan menyamakan suara keras dengan aksentuasi. Berteriak bukan tanda kesungguhan, kecerdasan atau perasaan. Memang benar kata yang ingin ditekankan bisa diucapkan dengan lebih keras atau lembut. Namun kualitas yang sesungguhnya diharapkan adalah intensitas dan kesungguhan. Kualitas tersebut harus muncul dari ketulusan.
Pidato seperti halnya nyanyian, juga membutuhkan intonasi yang tepat. Setiap perubahan gagasan memerlukan perubahan intonasi. Dan perubahan intonasi secara kontinu merupakan metode alam paling hebat. Bahkan perubahan intonasi dapat menghasilkan aksentuasi yang baik.
Begitupula halnya dengan tempo. Perubahan tempo mencegah kemotononan. Tempo menjadi elemen penting saat berada di atas podium. Ketika pembicara mengucapkan seluruh materi pidatonya dalam kecepatan yang hampir sama, dia akan kehilangan salah satu cara utama dalam memberi penekanan dan gaya.