Buku

Natsir

Politik Santun di antara Dua Rezim
By Tempo
<
>
3 dari 7

Natsir mulai memahami dampak dari penjajahan justru karena mendapat pendidikan di sekolah Belanda. Ia pun mulai tertarik pada dunia politik.

Hal tersebut dibuktikan dengan bergabungnya ia dalam Jong  Islamieten Bond (JIB) cabang Bandung yang didirikan oleh H Agus Salim dan Wiwoho Purbohadijoyo.

Meski ia tak sependapat dengan pidato Bung Karno  yang disampaikan pada rapat umum Partai Nasional tanggal  17 Oktober 1929 di gedung bioskop Oranje-Casino, Bandung, Natsir memilih menyampaikan pandangannya dengan cara yang santun.

Ia memilih berjuang dengan menjadi kontributor di majalah bulanan Pembela Islam yang sudah tersebar ke seluruh tanah air. Saat itu oplah majalah sudah cukup besar yaitu sekitar 2.000 eksemplar.

Dalam tulisannya, Natsir ingin memberikan batasan yang tegas perihal perjuangan kemerdekaan berdasarkan kebangsaan versus perjuangan kemerdekaan berdasarkan cita-cita Islam.

Tulisannya membuat gerah pendukung Sukarno yang tergabung dalam kelompok  nasionalisme.

Menurut pengakuan Natsir, ada tiga sosok yang mempengaruhi pemikirannya. Sosok itu adalah A. Hassan, Haji Agus Salim dan Ahmad Sjoorkati, seorang ulama dan pendiri Al Irsyad.

Namun tak dapat dipungkiri,  intensitas pertemuannya dengan A. Hassan yang membuat mereka lebih dekat  dibandingkan dengan yang lain.

<
>
3 dari 7
Baca di Pimtar App Beli Buku Ini
Buku
Lee Kuan Yew
Master Berpengetahuan Luas tentang Tiongkok, Amerika Serikat, dan Dunia
Buku
Simon Sinek
Cara Pemimpin Besar Menginspirasi Orang untuk Bertindak
Buku
Adam Grant
“Tabrak Aturan”, Jadilah Pemenang
Buku
Tim Penulis Tempo
Guru Para Pendiri Bangsa
Buku
Cheryl Cran
Bagaimana Seharusnya Perusahaan Memberlakukan Karyawan dari Tiga Generasi Berbeda
Buku
David Niven,Ph.D.
Terobosan Baru dalam Penyelesaian Masalah