Buku

Millennials Kill Everything

Kejamnya Generasi Millennial Membantai Produk, Layanan, dan Industri
By Yuswohady, Farid Fatahillah, Budi Tryaditia dan Amanda Rachmaniar
<
>
5 dari 7

Kaum milenial disebut juga dengan ‘kaum menunduk’. Hal ini karena mereka tidak dapat dipisahkan dengan smartphone.

Di berbagai tempat dan waktu, mereka sibuk dengan smartphone mereka sendiri. Akibatnya, milenial dipandang sebagai kaum yang tidak cakap dalam bersosialisasi.

Sejak kecil, anak milenial juga sudah kurang dalam hal bersosialisasi dengan lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari hilangnya permainan tradisional yang biasa dimainkan seperti layang-layang, petak umpet, congklak dan lain-lain.

Permainan tradisional yang sarat interaksi ini sudah tergantikan oleh berbagai permainan virtual yang ada di smartphone, sehingga mereka hanya berdiam diri di rumah dan sibuk dengan dunia mereka sendiri.

Ketika berkumpul bersama keluarga pun, para milenial sibuk dengan telepon genggamnya masing-masing dan tidak banyak berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya. Hal ini tentu dapat berdampak buruk pada hubungan keluarga, baik suami-istri maupun orang tua-anak.

Ketergantungan yang tinggi terhadap smartphone membuat kemampuan sosial milenial tidak terlalu baik. Salah satu contohnya adalah dalam menggunakan eye contact ketika berbicara.

Eye contact merupakan salah satu etika dalam berinteraksi dengan lawan bicara. Ketika berbicara seharusnya Anda menatap lawan bicara Anda mereka merasa dihargai dan didengarkan. Sayangnya, hal ini mulai ditinggalkan milenial sehingga kadang mereka dianggap tidak sopan.

Efek keranjingan smartphone, juga berdampak pada kurangnya percakapan langsung (face- to face conversation). Karakteristik milenial yang sangat tidak menyukai keribetan membuat mereka lebih nyaman berinteraksi secara online dibandingkan bertemu langsung.

Percakapan online memungkinkan mereka berinteraksi dengan banyak orang dalam waktu yang sama, tidak harus peduli dengan penampilan dan akan lebih menghemat waktu dibandingkan bertemu langsung dengan orang.

Hal itu membuat mereka kehilanan beberapa kemampuan dalam berkomunikasi langsung seperti memainkan ekspresi wajah, berbasa basi dan menggunakan bahasa tubuh.

Selain itu, mereka juga tidak tahu dan paham tata karma dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dampak jangka panjang, milenial akan terlihat seperti robot yang tidak paham dengan ekspresi.

Sungguh ironis, ketika generasi milenial mampu mencapai kemampuan termutakhir abad ke-21 dengan bantuan beragam teknologi tercanggih, mereka justru terbelakang dalam hal kemampuan berinteraksi sosial paling dasar dan paling sepele.

Yuswohady dkk

<
>
5 dari 7
Baca di Pimtar App Beli Buku Ini
Buku
Bernhard Schroeder
Cara menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif
Buku
Philip Kotler, Hermawan Kartajaya & Hooi Den Huan
Asia yang Mendunia di Era Konsumen Digital
Buku
Bonnie Soeherman
Re-innovate Your Business Model Better, Faster, and Easier!
Buku
Handoko Hendroyono
Edisi Khusus Tumbuh Berkembang
Buku
Ira Kaufman, Chris Horton
Strategi dan Taktik Terpadu Pemasaran Digital
Buku
John P.Kotter
Membangun Kecerdasan Strategis dalam Dunia yang Bergerak Semakin Cepat