Media sosial begitu cepat populer karena ia memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk merasa diterima dan membagikan informasi mengenai dirinya. Karena itulah media sosial menjadi sesuatu yang diminati, terutama untuk kebutuhan mengekspresikan diri.
Hal yang sama juga dirasakan oleh remaja. Pada dasarnya, mereka menggunakan media sosial untuk perkembangan jati diri dan pergaulan dengan teman-teman.
Melarang anak untuk menggunakan media sosial justru akan mendorong mereka untuk mengaksesnya secara sembunyi-sembunyi. Sebagai orang tua, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah membicarakan secara terbuka aturan dasar dalam penggunaan media sosial.
Anda juga perlu mengetahui dasar-dasar aplikasi media sosial agar dapat terus mengawasi anak Anda di dunia maya. Mintalah anak Anda untuk berteman dengan Anda di media sosial yang ia ikuti, sehingga Anda dapat memantau aktivitasnya di sana.
Hal ini sangat penting terutama di masa awal anak Anda berkenalan dengan media sosial.
Bicarakan secara langsung apabila Anda melihat kiriman yang tidak pantas untuk membimbingnya tentang konten seperti apa yang tepat dibagikan di media sosial.
Anda juga perlu memberitahukan mereka mengenai ‘jejak digital’, agar mereka lebih bijaksana dalam membagikan informasi personal. Beritahukan kepada mereka bahwa segala hal di dunia maya bersifat permanen dan dapat dilihat semua orang sampai kapan pun.
Keinginan untuk mengembangkan identitas dan popularitas membuat remaja rentan terhadap pengaruh buruk konten yang disebarkan di media sosial. Keinginan untuk popular mendorong remaja untuk menjadi lebih fokus pada diri sendiri di media sosial.
Banyaknya likes, komentar, dan pengikut menjadi motivasi bagi remaja, sehingga sebagia mereka mau membagikan konten apa saja yang dinilai dapat memberi banyak likes, komentar, dan pengikut (follower).
Sebagai orangtua, tentunya Anda ingin melihat anak bijak dalam menggunakan media online dan tidak mudah terpengaruh tren, apalagi tren yang negatif dan membahayakan.
Orang dewasa mungkin dengan mudah dapat memahami adanya kecenderungan untuk melakukan pencitraan di media sosial. Namun, remaja yang masih mencari jati diri akan melihat semua hal di dunia maya sebagai sesuatu yang nyata.
Peran orangtua menjadi penting untuk menjelaskan adanya perbedaan antara dunia maya dengan kenyataan. Bantulah anak memahami perilaku dan karakter teman-temannya melalui kiriman konten mereka di media sosial.
Remaja juga sangat rentan terhadap adanya kecenderungan untuk melakukan perbandingan sosial, karena itulah mereka sangat menantikan likes, komentar, dan pengikut. Keinginan untuk diakui mendorong mereka untuk mengikuti tren.
Untuk itu, jangan ragu untuk membicarakan dengan anak mengenai popularitas di dunia maya; termasuk kerugian yang ditimbulkannya. Bicarakan pula dengan mereka bahwa media sosial membuat penggunanya selalu ‘kurang’ karena adanya kecenderungan untuk melakukan perbandingan sosial.
“Dahulu, multitasking dikaitkan dengan produktivitas dan pencapaian. Tapi, dimasa kini, multitasking memiliki konotasi negatif saat melihat anak remaja menggilir perhatian mereka untuk beberapa layar sekaligus”
Yalda T. Uhls