Buku

Man’s Search for Meaning

Pencarian Makna Hidup
By Viktor E. Frankl
<
>
2 dari 8

Dalam ilmu psikiatri, terdapat istilah delusion of reprieve, yakni kondisi ketika seseorang berkhayal akan penangguhan hukuman mati. Ibarat narapidana yang divonis mati, ia berkhayal akan diampuni pada menit-menit terakhir sebelum hukuman gantung dilaksanakan. Di kamp konsentrasi, Viktor dan teman-temannya mengalami hal itu.

Kamp konsentrasi adalah area yang dibangun oleh Nazi Jerman pada Perang Dunia II untuk menampung tahanan politik. Para tahanan dipaksa bekerja rodi tanpa diberi makanan bergizi dan waktu istirahat yang cukup.

Banyak tahanan yang meninggal di sana. Kehidupan yang buruk di kamp konsentrasi membuat tahanan yang masih hidup amat rentan mengalami gejolak mental, termasuk delusion of reprieve.

Sejak pertama masuk kamp konsentrasi, Viktor mengamati perubahan gejala psikologis yang dialami oleh para tahanan. Pada fase pertama, muncul ketakutan luar biasa. Reaksi abnormal terhadap situasi abnormal adalah wajar menurutnya. Kondisi ini akan berubah ketika memasuki fase kedua setelah beberapa hari.

Fase selanjutnya adalah bersikap apatis. Tahanan kehilangan emosi, tidak lagi tanggap terhadap siksaan yang didera. Dalam kondisi tertekan tetapi tetap harus bertahan hidup, batin tahanan bisa sampai pada titik terbawah. Apatis ini menjadi bentuk pertahanan diri.

Fase kedua ini membuat tahanan hanya mampu memikirkan cara agar tetap hidup, terutama bagaimana memperoleh makanan. Rasa kepedulian menumpul, gairah seksual hilang, dan mereka mengalami ketidakaktifan interaksi, kecuali terkait isu politik dan agama.

Perbincangan politik hanya berkutat seputar gosip tahanan mana yang ditangkap. Namun, minat keagamaan meningkat drastis. Mereka berdoa atau melakukan misa di kegelapan.

Sebetulnya tahanan tidak mengalami kematian emosi total. Di kamp, di mana semua orang disamaratakan terlepas dari status sosial mereka sebelum menjadi tahanan, pertentangan sosiologis juga rentan muncul.

Mereka yang sebelumnya memiliki profesi (misal: dokter atau karyawan) menjadi rendah diri sehingga lebih cepat marah. Kemarahan itu berlipat ganda ketika bentrok dengan sikap apatis orang lain. Akibatnya, pertikaian masal kerap terjadi. 

Teori Dostoevski menyatakan bahwa manusia bisa menjadi terbiasa dengan kondisi apapun, bahkan dalam kondisi paling buruk sekali pun. Hidup di kamp konsentrasi membuat Frank setuju dengan hal tersebut. “Benar, Manusia memang bisa membisakan diri dengan kondisi apapun, tetapi jangan minta kami menjelaskannya,” demikian ucapnya.

<
>
2 dari 8
Baca di Pimtar App Beli Buku Ini
Video
Adam Grant
Dan Manakah yang Lebih Dibutuhkan Organisasi?
Video
Kelly McGonigal
Lebih Sehat dengan Stres
Buku
Steven D. Levitt & Stephen J. Dubner
Berpikir Tidak Biasa untuk Hasil yang Luar Biasa
Buku
Prof. Steve Petters
Mengelola Pikiran untuk Mencapai Kesuksesan dan Kebahagiaan
Buku
J. Maurus
Mengembangkan Emosi Positif
Buku
Paula Rizzo
Menggunakan To-Do List untuk Mencapai Performa yang Lebih Produktif, Sangat Sukses, dan Tanpa Tekanan