Lee Kuan Yew mendefiniskan Singapura sebagai negara terbuka layaknya konsep Amerika. Siapapun Anda, dari manapun Anda berasal, dan Anda punya talenta, Anda boleh bergabung menjadi orang Singapura, dan Singapura pasti menerima Anda.
Dibanding dengan negara tetangga, jelas Singapura tidak memiliki lebih banyak sumber daya alam, sumber daya manusia, dan ruang yang lebih luas.
Ibarat perusahaan, agar dapat bersaing secara global, maka harus mempekerjakan talenta untuk posisi kunci. Percepatan pertumbuhan hubungan tidak lagi didasarkan pada kepemilikan, tapi pada kemitraan.
Untuk itulah Singapura menarik sebanyak mungkin orang yang berbakat dan cakap dari Tiongkok, India, dan dari negara-negara maju untuk bergabung bersama membangun Singapura.
Jika Amerika dengan 280 juta penduduk membutuhkan pasokan orang-orang berbakat, maka Singapura dengan jumlah 3 juta penduduk harus melakukan hal yang sama.
Selain tolak ukur ekonomi sebagai standar untuk produktivitas dan daya saing. Ada faktor-faktor tak berwujud seperti budaya, agama, serta etos nasional yang mempengaruhi hasilnya.
Agar sebuah ekonomi modern dapat berhasil, seluruh populasi harus berpendidikan. Walaupun pada akhirnya, yang menetukan kemajuan dan perkembangan sebuah negara adalah kreativitas pemimpinnya, kemauan untuk belajar dan pengalaman di tempat lain.
Yang lebih penting daripada kemampuan teknologi adalah semangat inovasi dan wirausaha. Di era perubahan teknologi yang mengejutkan, individu-individu yang giat, yang siap meraih peluang baru, para pencipta ide dan bisnis baru, merekalah yang terus maju.