Setelah jatuhnya Uni Sovyet, hubungan AS dan Tiongkok kemungkinan besar menganggap satu sama lain sebagai kompetitor. Faktor yang menstabilkan keduanya tak lain adalah bahwa setiap negara membutuhkan kerja sama dan kompetisi yang sehat dengan yang lain.

Tiongkok membutuhkan AS, membutuhkan pasar AS, teknologi AS, membutuhkan pelajarnya pergi ke AS untuk mempelajari sarana dan cara berbisnis sehingga mereka dapat meningkatkan negara mereka.

Mereka butuh setidaknya 10, 20, 30 tahun untuk tidak bersiteru dengan AS dan menjadi musuh, karena semua transfer informasi dan kemampuan teknologi akan terputus.

Pengaruh jangka panjang terbesar Amerika terhadap Tiongkok datang dari menjadi tuan rumah bagi ribuan pelajar yang datang dari Tiongkok setiap tahunnya.

Beberapa ilmuwan dan pelajar Tiongkok paling cerdas. Mereka akan menjadi agen paling kuat untuk perubahan Tiongkok.

Tiongkok berpotensi menjadi negara adidaya. Kepentingan Amerika adalah untuk mempertahankan status quo, dimana mereka ada satu-satunya negara adidaya.

Tapi dalam 30 tahun, pertumbuhan Tiongkok dapat menantang keunggulan ini. Amerika mencoba untuk tidak memperlakukan Tiongkok sebagai musuh dari awal.

Walaupun Amerika pada akhirnya tidak bisa mengehentikan kebangkitan Tiongkok. Mereka hanya harus hidup dengan Tiongkok yang lebih besar. Yang sepenuhnya akan terasa baru bagi AS. Karena tidak ada negara yang pernah cukup besar untuk menantang posisinya.