Cinta yang mendalam akan menghasilkan keridhoan.
Saat kita mencinta, kita rela menjalani hidup segetir apapun, asalkan tetap bersama.
Dalam hubungan cinta kepada Alloh, keridhoan adalah sifat yang istimewa, yang hanya bisa dimiliki oleh mereka yang memiliki tingkat kecintaan yang sangat tinggi pada Alloh.
Dalam sebuah riwayat disebutkan kisah tentang dialog Alloh dengan Nabi Musa AS. Saat Musa AS bertanya pada Alloh tentang siapa yang paling dicintai olehNya, Alloh menjawab; “Orang yang apabila diambil apa yang ia cintai, ia tetap istiqomah mendekat padaKU.”
Ujian yang datang pada kita tidak selalu menyenangkan. Apapun jenis ujian yang menghampiri harusnya tak pernah membuat kita berpaling dari jalan menuju Alloh.
Di dalam kitab ini Imam Al Ghazali memberikan rumus agar manusia dapat mencapai derajat muqorrobuun (orang-orang yang didekatkan).
Untuk sampai pada tingkatan ini, kita harus memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang benar. Tanpa pemahaman agama yang tepat, keridhoan akan sulit tumbuh dalam hati kita.
Namun jika keridhoan sudah bersemi dan mekar di dalam jiwa—pada derajat ini—tidak ada hal apapun yang akan dikhawatirkan lagi.
Tidak ada lagi perbedaan antara susah dan senang, antara banyak atau sedikit, gagal atau berhasil, bencana atau anugerah. Semua adalah ketentuan Alloh, takdir yang harus diimani dengan ikhlas, sebagai bukti keridhoan kita atas ketentuanNya.
Suatu hari Rasululloh bertanya kepada para sahabatnya, ‘Apakah kalian orang-orang yang beriman?’ tanya Rasululloh. Mereka menjawab; "Iya, Rasululloh."
"Apakah tanda keimananmu?"; tanya Rasul lagi.
‘Kami bersyukur menghadapi kelapangan, bersabar menghadapi bencana, dan Ridho dengan ketentuan Alloh’.
Nabi SAW bersabda,; “Demi Tuhan Ka’bah, itulah mukmin yang benar!”
Hadits Riwayat Ibnu Abbas