Makan sebagai budaya manusia tidak bisa dilakukan sembarangan, seperti asal senang dan kenyang. Namun, makan adalah kebutuhan manusia, dan dalam bingkai budaya harus berada dalam prosedur etis yang di dalamnya mencerminkan sejumlah nilai. Diantaranya adalah nilai kesehatan dan kebersihan.
Etika makan mencerminkan budaya makan. Oleh karena itu, kebersihan dan kesehatan dalam hal makan yang dimulai dari proses memasak, penyajian, dan pengonsumsian akan mencerminkan keberadaban seseorang.
Pada dasarnya, berbagai bentuk budaya dan tradisi makan di berbagai dunia mencerminkan satu hal, yakni etika makan. Tapi hal yang paling prinsip terkait itu ialah faktor kebersihan dan kesehatan.
Sebaik apapun pengolahan dan penyajian makanan, bila tidak menunjukkan kebersihan dan kesehatan, berarti tidak bisa dimakan dengan lahap dan terasa tidak nikmat.
Pada hakikatnya, makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.
Kesalahan pola makan yang menyebabkan timbulnya penyakit, juga terkait dengan tidak cermatnya dalam perihal gizi. Padahal, gizi merupakan kebutuhan mutlak sepanjang hayat. Jika masalah gizi diabaikan, hal ini akan mengganggu aktivitas sehari-hari.