Pertengahan tahun 2004, Ken sudah ada di Seattle. Tujuan kuliahnya sudah dipastikan di Bellevue Community Collage, mengambil diploma di bidang bisnis.
Ilmu yang dipelajarinya tersebut merupakan kelanjutan dari hasil kuliah di Monash Collage. Bellevue merupakan mutiara Seattle. Kota yang membentang antara Lake Sammamish dan Lake Washington.
Setelah beres mengurus pendaftaran perkuliahan dan apartemen, Ken mendapatkan undangan dari komunitas mahasiswa Indonesia yang kuliah di sana. Rupanya, para mahasiswa Indonesia di Seattle cukup banyak dan kompak.
Mereka tidak terkotak-kotak sesuai kampusnya. Jadi kuliah di kampus mana pun boleh gabung komunitas tersebut.
Di salah satu acara komunitas itulah, Ken bertemu dengan Andrew. Tidak ada kesan mendalam ketika mereka pertama bertemu, sewajarnya orang baru kenalan.
Namun pada pertemuan berikutnya, Andrew mengatakan bahwa mereka masih bersaudara. Dulu, mereka bertemu di rumah nenek Andrew. Ternyata memang mereka sepupuan.
Semasa kecil, saat mereka berkumpul di rumah nenek itu, Ken lebih aktif dan suka bermain mobil-mobilan. Sedangkan Andrew lebih suka menyendiri di kamar dan main game.
Jadi, mereka tidak banyak waktu main dan ngobrol bersama. Tetapi, Ken berusaha mengingat pertemuan di masa kecil itu dan dia mengingatnya. Andrew benar-benar saudaranya.
Setelah ngobrol akrab, Andrew pun mengatakan kalau dialah pemilik Kaskus. Sontak saja Ken terkejut mendengar pengakuan itu. Setengah percaya, setengah tidak.
Kemudian Andrew menjelaskan perjalanan Kaskus saat itu. Bagi Ken, tentu saja Kaskus bukanlah nama yang asing. Sebab, Kaskus tengah menjadi situs yang kondang di Indonesia.
Tiba-tiba saja, cowok ceking itu tampak begitu hebat bagi Ken. Ken susah percaya kalau situs yang begitu populer dengan ratusan ribu pengunjung per hari itu lahir dari cowok pendiam itu.
Andrew memang bukan orang yang supel dan jumlah temannya pun terbatas. Bahkan Andrew cenderung minder dalam pergaulan. Tapi, Andre memang brilian, otaknya cerdas.
Maka tampak jelas perbedaan Ken dan Andrew. Ken dibesarkan di keluarga pebisnis. Kakek dan ayahnya seorang pebisnis andal. Bahkan setelah lulus kuliah, Ken digadang-gadang bakal melanjutkan bisnis keluarganya.
Sedangkan ayah Andrew pakar elektronika. Jadi tidak heran sedari kecil memang Andrew sudah akrab otak-atik barang elektronik.
Karena itulah, Andrew sangat kreatif dan punya minat yang tinggi dengan teknologi. Sedangkan Ken suka sekali perihal manajemen dan segala tentang bisnis.
Perbedaan keduanya inilah yang nantinya bakal membuat Kaskus melejit dan berkembang pesat. Sejak pertemuan itu, Ken semakin jatuh cinta dengan Kaskus dan melihat peluang besar di sana.
"Setiap perjalanan akan mempertemukan kita dengan kemungkinan - kemungkinan yang belum tentu kita duga atau telah kita ketahui.”
Ken Dean Lawadinata