Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bahasa tubuh—seperti cara senyum, jabatan tangan serta cara berdiri—dapat memengaruhi persepsi Anda terhadap seseorang. Bahasa tubuh sudah menjadi bagian dari seni komunikasi, yaitu komunikasi nonverbal. Dari bahasa tubuh, Anda dapat membangun suatu persepsi terhadap lawan bicara.
Para peneliti sosial sudah mempelajari pengaruh bahasa tubuh terhadap penilaian karakter seseorang selama bertahun-tahun.
Bahkan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa bahasa tubuh dapat memengaruhi keputusan-keputusan penting dalam hidup seseorang, seperti misalnya dalam jodoh atau dalam wawancara kerja.
Menurut Amy Cuddy, bahasa tubuh tidak hanya dapat memengaruhi persepsi Anda terhadap orang lain namun juga persepsi terhadap diri sendiri.
Saat Anda merasa kuat dan berkuasa, tentu Anda akan memperlihatkan bahasa tubuh yang menandakan kekuatan yang akan dibaca oleh orang lain. Namun, hal sebaliknya juga dapat terjadi. Anda dapat menunjukkan bahasa tubuh yang menandakan kekuatan untuk membangun persepsi diri bahwa Anda kuat dan berkuasa.
Benarkah persepsi kekuatan semacam itu dapat dibuat? Dapatkah persepsi tersebut ‘dipalsukan’ hingga akhirnya terbentuk secara nyata?
Beberapa hal sederhana dapat menjadi bukti. Misalnya, saat tersenyum Anda akan merasa lebih bahagia. Hal ini menunjukkan bahwa ekspresi yang Anda keluarkan juga dapat memengaruhi diri Anda. Hal yang sama juga dapat terjadi pada ekspresi kekuatan.
Bila bahasa tubuh Anda dapat mengubah persepsi dan pikiran Anda, apakah pikiran tersebut dapat mengubah tubuh Anda? Jawabannya “ya”!
Pikiran dan perasaan Anda dapat memengaruhi tubuh Anda melalui hormon. Perbedaan yang jelas terlihat di antara orang yang merasa kuat dan lemah adalah pada hormon testosterone (hormon yang mempengaruhi dominasi) dan kortisol (hormon yang mengendalikan stress).
Orang kuat memiliki kadar testosteron yang tinggi dan kortisol yang rendah, sehingga mereka memiliki dominasi tinggi dengan stres yang rendah.
Sebuah penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah bahasa tubuh yang memperlihatkan kekuatan benar-benar dapat membuat seseorang menjadi ‘kuat’.
Beberapa orang diminta untuk melakukan pose yang menunjukkan superioritas, dengan gerakan ‘memperbesar’ diri Anda, misalnya mengangkat tangan dan berkacak pinggang. Sedangkan beberapa orang lainnya melakukan pose yang mengekspresikan kelemahan, dengan pose ‘menutup’ diri, misalnya memeluk tangan atau kaki seperti orang yang kedinginan.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sampel yang melakukan pose kuat memiliki toleransi terhadap risiko 75% lebih tinggi. Perbedaan juga terlihat pada perubahan hormon testosteron dan kortisol. Pose kuat menunjukkan peningkatan hormon testosteron sebesar 20% dan penurunan kortisol sebesar 25%. Sedangkan pose lemah menunjukkan penurunan hormon testosteron sebesar 10% dan peningkatan kortisol 15%.
Penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa tubuh dapat membentuk siapa diri Anda. Mungkin Anda ‘memalsukannya’ pada saat pertama, tapi apabila Anda melakukannya secara terus-menerus maka Anda dapat mewujudkannya.
Tubuh kita memengaruhi pikiran, pikiran memengaruhi perilaku dan perilaku mempengaruhi hasil yang kita capai
Amy Cuddy