Namun keinginan Kartini untuk melanjutkan sekolah ke Semarang ditolak ayahnya. Ia tidak mendapat izin. Meskipun demikian, berkat bantuan banyak pihak, Kartini dan Rukmini mendapat beasiswa untuk belajar ke Belanda. Seorang anggota parlemen Belanda menjanjikan hal tersebut.
Pada akhirnya, Kartini tidak pernah mengambil beasiswa tersebut. Semua itu gara-gara pengaruh dari J.H. Abendanon, seorang pejabat Kerajaan Belanda yang datang ke Hindia Belanda pada tahun 1900. Ia ditugaskan oleh Belanda untuk melaksanakan politik etis di Hindia Belanda.
J.H. Abendanon inilah yang nanti mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A. Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya Habis Gelap Terbitlah Terang.
Sebenarnya selama ini Abendanon selalu mendukung cita-cita kartini. Tapi secara pribadi ia menunjukkan ketidaksetujuan ketika mereka berdua bertemu untuk berdiskusi perihal beasiswa yang Kartini terima.
Ketika itu Abendanon berhasil menyakinkan Kartini bahwa kepergiannya bersama Rukmini ke Belanda merupakan hal yang tidak menguntungkan, bahkan bisa merugikan cita-citanya.
Ada empat alasan yang disampaikan Abendanon kepada Kartini.
Pertama, kepergian mereka berdua ke Belanda selama sekian tahun bisa menyebabkan mereka dilupakan oleh banyak orang. Padahal keduanya ingin mengabdi pada bumiputera.
Kedua, mengingat kondisi ayah Kartini yang kurang baik dan sudah berusia lanjut, ada baiknya keduanya tetap berada di tanah air. Ketiga, di Belanda keduanya akan mendapat kesulitan yang belum bisa diperkirakan.
Keempat, mereka berdua akan dianggap sebagai “nona Belanda” ketika kembali. Hal itu bisa mengakibatkan kaum pribumi tidak akan mempercayakan anak-anak gadisnya belajar pada mereka, sehingga impian untuk mendirikan sekolah bisa gagal.
Maka dengan berat hati Kartini membatalkan permohonan beasiswanya. Beasiswa yang ia terima lalu dialihkan pada orang lain yang dianggap layak. Sungguh keputusan yang berat.Kartini bahkan sampai sakit keras untuk beberapa saat.
Belakangan, muncul penilaian dari banyak pihak bahwa tidak menutup kemungkinan Abendanon sengaja membujuk Kartini demi melindungi kepentingan Belanda di bumiputera.
Bayangkan jika Kartini berhasil mendapat pendidikan yang ia harapkan, perkembangan cara berpikirnya tentu akan semakin pesat. Bukan tidak mungkin Kartini bisa mengungkapkan banyak hal di Belanda terkait ketidakberesan di Jawa.
Hal itu bisa dimanfaatkan oleh kaum sosialis untuk menyerang pemerintah pusat dan pemerintah Hindia Belanda.
“Ia peka menyongsong masa depan, (sementara) yang lain masih terkungkung dan tersandera keadaan”
Aristides Katoppo