Tujuan utama pembangunan Jalan Raya Pos Daendels adalah untuk mempermudah koordinasi dengan Bupati dan aparat di daerah. Dimana sepanjang Anyer-Panarukan dibangun sekitar 80 stasiun pos untuk tempat istirahat dan berganti kuda.
Pada masa zaman Belanda hingga Pemerintahan Soeharto, Jalan Daendels seperti kawasan mati. Bahkan rumah di tepi jalan pun masih bisa dihitung jari.
Namun kini, jalan sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura) ini dipenuhi oleh pabrik dan lalu lintas yang padat.
Jalur tersebut dianggap sangat strategis karena menghubungkan seluruh jawa dan dekat pelabuhan. Begitulah kira-kira alasan pengusaha mendirikan pabrik di sepanjang jalur Pantura. Banyak perusahaan yang memanfaatkan jalur tersebut sebagai akses pra dan pasca produksi.
Dari waktu ke waktu, Jumlah truk yang melintas di jalur pantura semakin banyak dan tidak mengenal waktu. Jalur pantura menanggung beban sekitar 70-80% lalu lintas perekonomian indonesia. Kepadatan Pantura sangat abnormal, yaitu melebihi 60%.Hal ini dikarenakan kurang efisien pemanfaatan sistem logistik Nasional Indonesia.
Tidak hanya jalur industri, beberapa kawasan jalur pantura juga menjadi kawasan pariwisata. Seperti di Lamongan, Jawa Timur. Kawasan ini menjadi lebih hidup dengan adanya Wisata Bahari Lamongan yang berdekatan dengan tempat wisata Tanjung Kodok dan Gua Maharani.
Selain perubahan lalu lintas, Tim Tempo juga melakukan penelusuran terhadap bangunan stasiun pos zaman Daendels.
Dalam buku sejarah PT Posdan Telekomunikasi, disebutkan Desa Kopo, yang terletak di Jalan Serang-Jakarta, adalah lokasi tempat stasiun pos awal didirikan. Namun, sekarang tidak ada sama sekali jejak bangunan bekas stasiun tersebut.