‘Adhd Al-Daulah adalah penguasa ketiga Dinasti Buwaihi di Persia dan Khuzistan yang pertama-tama mengenakan gelar ‘Raja’ dan ‘Syahinsyah’ dalam sejarah Islam. Pada masa pemerintahannya dia berhasil menundukkan penguasa di Baghdad.
Pada suatu hari, dia mendapat laporan dari seorang pria yang sedang mendapatkan kasus tertentu. Dia menceritakan kasus tersebut kepada Sultan ‘Adhd Al-Daulah.
Pria itu menjelaskan kepada Sultan ‘Adhd Al-Daulah, bahwa pada waktu singgah di Baghdad saat akan menunaikan ibadah haji, dia membawa seuntai kalung emas seharga sekitar seribu dinar.
Kemudian, dia berusaha menjual kalung itu sebagai tambahan bekal menuju tanah suci. Dia menitipkan kalung itu kepada pedagang wewangian yang ada di tokonya. Setelah naik haji, dia mendatangi penjual tersebut dan bermaksud memberikan hadiah atas jasanya.
Namun ketika ditanya perihal kalung itu, si penjual wewangian tersebut menyanggah dan bahkan pura-pura tidak mengenalnya. Ia bahkan diusir dari toko.
Mendengar cerita tersebut, Sultan pun berpesan agar besok ia datang lagi ke toko itu dan duduk di teras tokonya selama tiga hari berturut-turut.
“Hari keempat aku akan melewati toko tersebut, aku akan berdiri dan mengucapkan salam penuh takzim kepadamu, sedangkan engkau janganlah berdiri,” demikian pesan Sultan.
Rencana sultan itu pun dia patuhi. Dan pada hari keempat, ternyata Sultan ‘Adhd Al-Daulah diiringi pasukan elitnya benar-benar melintas. Kemudian sultan mengucapkan salam penuh takzim kepadanya lalu sultan banyak bertanya dengan penuh perhatian.
Si penjual wewangian memperhatikan pertemuan itu. Dan kemudian, hatinya pun menyesal telah bertindak tidak jujur.
Setelah Sultan ‘Adhd Al-Daulah meninggalkan pria itu. Maka si penjual mewangian menghampiri pria itu untuk mengembalikan kalung seraya berucap pelan dan malu, “Saya lupa, Andai engkau tidak mengingatkan ciri-cirinya, tentu saya tidak ingat lagi.”