Manusia cenderung mempunyai rasa kepemilikan yang sangat tinggi terhadap barang-barangnya. Rasa kepemilikan ini berasal dari ikatan emosional yang sudah terbangundengan barang tersebut sehingga menilai barang tersebut terlalu tinggi, bahkan tidak masuk akal.
Ada perbedaan persepsi di antara orang yang memiliki sesuatu dibandingkan dengan orang yang tidak memilikinya. Orang yang memiliki sesuatu cenderung menetapkan harga yang lebih tinggi—bahkan cenderung berlebihan—dibandingkan dengan orang yang tidak memilikinya.
Ada tiga hal yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi ini.
Penyebab pertama adalah adanya kecintaan yang mendalam terhadap produk yang Anda miliki karena faktor kenangan yang bersifat emosional. Kedua, Anda lebih terfokus terhadap apa yang akan Anda lepaskan dibandingkan apa yang akan Anda peroleh sebagai pengganti.
Terakhir, Anda mengasumsikan bahwa orang lain memiliki persepsi yang sama dengan Anda.
Para pemasar yang cerdik akan memanfaatkan rasa kepemilikan yang tinggi ini sebagai salah satu strategi dalam pemasaran mereka.
Salah satunya adalah dengan menawarkan promosi percobaan terhadap paket tertentu dengan harga yang lebih murah. Setelah Anda mencobanya, rasa kepemilikan Anda terhadap produk itu pun mulai tumbuh dan sulit bagi Anda untuk melepaskannya.
Persepsi Anda juga dipengaruhi oleh pengharapan Anda terhadap sebuah hal. Dua orang yang memiliki harapan berbeda akan menafsirkan suatu kondisi yang persis sama secara berbeda pula.
Pengharapan dapat muncul dari sebuah informasi yang disampaikan oleh orang lain. Jika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa sesuatu itu bagus dan Anda membenarkannya, maka sesuatu itu akan benar-benar Anda nilai bagus nantinya.
Tidak hanya itu, pengharapan juga dapat memengaruhi saraf sensoris Anda.
Efek tersebut sering digunakan oleh para pemasar sebagai strategi untuk membentuk persepsi terhadap produk mereka. Pengusaha makanan contohnya, menggunakan deskripsi yang terkesan eksotis dengan tujuan untuk menciptakan pengharapan yang nantinya dapat memengaruhi rasa.