Hatta tidak dapat dipisahkan dari sosok Soekarno. Mereka berdua adalah tokoh proklamasi sekaligus presiden dan wakil presiden Indonesia pertama yang sama-sama berjuang untuk kemerdekaan dan kemajuan Indonesia.
Walaupun demikian, Hatta dan Soekarno memiliki pemikiran dan pandangan yang berbeda dalam berbagai hal, terutama dalam konsep politik dan pemerintahan. Hatta memiliki pandangan bahwa pemerintahan akan berjalan baik dengan adanya sistem banyak partai, sedangkan Soekarno berpandangan bahwa banyak partai merupakan sebuah ancaman terhadap pemerintah.
Perbedaan pendapat yang semakin meruncing kemudian membuat Hatta memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Wakil Presiden Indonesia. Meskipun berada di luar pemerintahan, Hatta tetap kritis menyuarakan pemikirannya kepada Presiden Soekarno yang dianggap sudah salah jalan.
Ia terus mengritisi kebijakan-kebijakan Soekarno melalui tulisan di berbagai surat kabar sehingga membuat Soekarno marah dan bahkan membui pemilik surat kabar yang menerbitkan tulisan-tulisan Hatta tersebut. Setelah dilarang, Hatta tetap mengingatkan Soekarno dengan menuliskan surat pribadi.
Hal yang membuat Hatta berbeda dengan para tokoh lainnya adalah sikap rasionalnya dalam menilai sesuatu. Hatta merupakan sosok yang tidak menganut sikap fanatisme buta terhadap sesuatu.
Hatta belajar ke Belanda untuk menjadi seorang komunis, namun kemudian ia menemukan tahayul ilmiah dalam komunisme sehingga ia memutuskan keluar dari Liga Anti-Imperialis. Ia malah menjadi seorang sosialis, namun tidak serta merta menerima semua konsep dalam paham tersebut. Ia memilih bersikap rasional terhadap segala sesuatu.