Musik memiliki karakter universal, dan melalui musik sebuah pesan akan lebih sampai, mudah diterima, dan lebih mengena. Seperti yang dilakukan musisi terkenal dunia asal Swedia keturunan lebanon, Maher Zain.
Maher Zain adalah penyanyi, pencipta lagu, dan produser, yang musik islaminya mudah diterima oleh masyarakat luas karena mengandung unsur-unsur perdamaian dan menginspirasi banyak orang.
Tidak hanya kekuatan lirik lagu yang ditampilkan Maher Zain, untuk merengkuh spektrum yang lebih luas ia kerap memakai busana santai, tidak menonjolkan kesan agamis yang berlebihan seperti yang ditunjukkan oleh musisi tradisional Muslim pada umumnya.
Maher Zain sadar betul bahwa pertumbuhan Generasi M bisa dijadikan sarana yang efektif dalam menjalin masyarakat Muslim dengan masyarakat yang lebih luas.
Lain halnya dengan Michael Muhammad Knight, seorang mualaf Amerika, yang menuliskan tentang hubungan Islam dan punk yang sangat mengejutkan dunia. Ia melahirkan genre yang benar-benar baru dalam dunia musik di albumnya yang berjudul “The Taqwacore”.
Seperti yang ia tunjukkan lewat penggalan lirik dari lagunya yang berjudul, “Muhammad Was a Punk Rocker”, berikut ini:
When he delivers sermons
(Saat dia menyampaikan khotbah)
the kids think he’s abore
(Anak anak mengira dia membosankan)
but when he smashes idols
(Namun saat dia menghancurkan berhala)
everyone cheers for more
(Semua orang minta semua orang melakukannya lagi)
Muhammad was a punk rocker
(Muhammad adalah seorang punk rock)
He tore everything down
(Dia menghancurkan semuanya)
Muhammad was a punk rocker
(Muhammad adalah seorang punk rock)
and he rocked that town
(dan dia mengguncang kota itu)
Berbagai macam cara bisa digunakan generasi muda Muslim untuk mengekspresikan kehadirannya di dunia modern dan usahanya untuk mendapatkan tempat terbaik dengan menggunakan keimanan mereka sebagai sarana ekspresi dalam berkarya.