Perjalanan mendapat penghargaan yang didesain dengan tujuan menginspirasi pemuda di seluruh dunia untuk menyelesaikan isu lingkungan, sosial, dan kesehatan juga tidak mudah.
Ia sebelumnya harus melalui seleksi ketat dari tujuh finalis Unilever Sustainable Living Award di seluruh dunia, dimana tujuh finalis terebut disaring dari 511 peserta dari 90 negara.
Para kandidat diharuskan mengajukan solusi yang terukur dan berkelanjutan dalam bentuk produk, layanan, ataupun aplikasi yang memungkinkan perubahan dalam praktik atau peilaku, seperti: sanitasi dan kebersihan, kelangkaan air, gas rumah kaca, limbah, pertanian berkelanjutan, dan lain sebagainya.
Untuk masuk dalam kompetisi ini pula, ia harus sudah memiliki rekomendasi terlebih dahulu. Saat itu, ia direkomendasikan sebagai kandidat oleh Asosiasi Wirausaha Sosial (Ashoka) yang diseleksi dari ratusan kandidat hingga lolos masuk 14 besar konsep serta administrasi hingga wawancara.
Kemudian diseleksi oleh Universitas Cambridge untuk kemudian presentasi final di Unilever.Dua hari sebelum malam penganugerahan, pelatihan intensif diberikan oleh The Cambridge Programme for Sustainability Leadership.
Ketika presentasi, ia mengawali dengan masalah kesehatan di Indonesia dan rendahnya pendapatan separuh penduduk Indonesia, yaitu di bawah US$2 per hari sehingga dapat dibayangkan alokasi dana untuk kesehatan pada tingkat rumah tangga.
Bagi Gamal, sampah adalah solusi terbaik karena setiap hari, setiap orang dan setiap rumah memproduksi sampah yang tidak digunakan dan melaui Klinik Asuransi Sampah, masyarakat memobilisasi sumber daya mereka yang terbuang dan tidak digunakan yaitu sampah sebagai sarana untuk meningkatkan akses kesehatan.
Kata-kata mendebarkan dari Pangeran Charles saat malam penganugerahan penghargaan menggerimiskan hati Gamal; “Saya ingin memberikan ucapan selamat hangat saya untuk Gamal Albinsaid atas inisiatifnya yang menakjubkan. Ide ini menangani dua masalah pada saat yang bersamaan. Menangani masalah sampah, untuk menyelesaikan masalah kesehatan.”
Namun bagi Gamal penghargaan tidak penting, bahkan berbahaya karena dapat merusak keikhlasan. Oleh sebab itu, setiap apapun yang terjadi dalam hidup, Gamal selalu berusaha mengawalinya dengan pertanyaan: ‘Apa yang Allah inginkan dibalik semua ini.’
Karena ia meyakini bahwa di balik setiap kemenangan, Allah menitipkan amanah dan cara terbaik bersyukur adalah dengam menggunakan nikmat itu sesuai ridho pemberi.