Klinik Asuransi Sampah bermula dari pertanyaan; ”Bagaimana kita bisa mengkreasi model keuangan kesehatan yang mana orang-orang bisa mendapatkan akses kesehatan mereka dari sumber daya rumah tangga, yang mana semua orang bebas bergabung?”
Kemudian Gamal dan sahabat-sahabatnya; Muhammad Maulana, Dofi Hamid Hunaif, Didin Arya, dan Sapta Adi belajar kepada seorang guru yang ia banggakan dr.Rista Rosita, M.Kes. Mereka mencoba mengembangkan konsep asuransi sampah yang selanjutnya termatangkan di Indonesia Medika.
Kala itu Gamal menemukan data bahwa pendapatan hampir setengah masyarakat di bawah US$2. Bahkan 18%-nya di bawah US$1.
Pertanyaan yang muncul kemudian, dari pendapatan yang rendah ini berapa persen yang digunakan untuk kesehatan? Hanya 2,1% alokasinya pada tingkat rumah tangga. Untuk orang menengah ke atas mungkin sampai 3,2 % sedangkan yang menengah ke bawah 1, 6 %.
Lebih lanjut menurut Gamal, hakikat tertinggi program kesehatan adalah bagaimana mengambil sumber daya masyarakat untuk melakukan upaya promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta tidak akan memiliki pengaruh besar tanpa diikuti kesadaran masyarakat secara mandiri untuk meningkatkan kesadaran kesehatannya.
Oleh sebab itu, ia mengembangkan asuransi kesehatan mikro, dimana partisipasinya banyak tetapi preminya rendah sebab ia ingin mengubah sumber daya yang terbuang untuk meningkatkan kesehatan mereka.
Berdasar hal tersebut, kemudian ia menerapkan skema bisnis dalam Asuransi Sampah seperti berikut ini: Tiap bulan anggota harus rutin menyetorkan sampah senilai Rp.10.000, meskipun tidak sakit (yang sakit hanya 15 %).
Kegiatan ini membuat rekayasa sosial bagaimana sesuatu yang tidak berharga menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk biaya kesehatan melalui sistem asuransi, sehingga masyarakat berpikir; ”Saya tidak bayar, hanya menyerahkan sampah ketika sakit.” Padahal sebenarnya mereka membayar melalui sampah mereka tersebut.
Menurutnya, Klinik Asuransi Sampah layaknya seperti asuransi biasa. Hanya saja, preminya berupa uang diganti dengan sampah, karena Gamal dan para sahabatnya membidik masyarakat menengah ke bawah.
Kemudian, bagi yang tidak sakit tetap ditingkatkan kesehatannya dengan pembagian buku sadar kesehatan atau general check-up ringan sehingga mereka tidak rugi karena ditingkatkan kesehatannya dan mendapatkan fasilitas untuk membuat mereka lebih sehat dan mencegah mereka dari sakit.
Program Asuransi Sampah ini sudah direplikasi di lima klinik dengan total anggota mencapai 700 orang, dimana mereka yang datang ke klinik cukup membayar dengan sampah.
Demi mensukseskan program ini, Gamal dan teman-teman di Indonesia Medika mengajak kerja sama Posyandu, ibu-ibu PKK, masyarakat, dan pemulung untuk mengembangkan klinik agar kebermanfaatannya semakin meluas.