Anda bisa belajar dengan paling baik ketika perhatian Anda dipusatkan pada apa yang sedang Anda pelajari.
Jika pikiran Anda ke mana-mana, otak Anda akan “mengocehkan” hal-hal yang tidak berkaitan dengan apa yang sedang Anda pelajari. Akibatnya, Anda tidak dapat mengingat pelajaran dengan jelas. Karena itulah atensi selektif—atau konsentrasi—sangat penting.
Secara umum, terdapat dua bentuk pengalih perhatian, yaitu sensoris, yang mudah dilihat, dan emosional, yang tidak terlihat tapi lebih sulit untuk diatasi.
Gangguan atensi yang bersifat sensoris contohnya adalah suara, aroma, rasa, warna dan sebagainya. Sedangkan ganggungan atensi yang bersifat emosional terkait dengan gejolak emosi yang mengganggu pikiran, misalnya kecemasan, keingintahuan, ketakutan, dan sebagainya.
Penarik perhatian yang bersifat emosional ini biasanya lebih intimidatif dan sulit diatasi dibandingkan penarik perhatian yang bersifat sensoris. Mereka yang relatif kebal terhadap gejolak emosi dan tidak mudah terganggu emosinya akan lebih mampu berkonsentrasi.
Pikiran manusia sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pikiran bottom-up dan pikiran top-down.
Pikiran bottom-up beroperasi dengan sangat cepat karena selalu menyala dan bekerja di luar kesadaran (otomatis). Pikiran ini bersifat intuitif, impulsif, dan didorong oleh emosi. Pikiran bottom-upini menjadi eksekutor bagi rutinitas dan kebiasaan Anda.
Sedangkan pikiran top-down bekerja secara sadar dan lebih lamban karena harus diupayakan. Pikiran ini menjadi pusat kendali diri, yang terkadang bisa mengalahkan kendali otomatis.
Atensi Anda dipengaruhi oleh dua pikiran ini. Atensi yang bersifat top-down digerakkan secara sadar oleh kehendak dan pilihan yang Anda buat; sedangkan atensi yang bersifat bottom-up digerakkan oleh refleks, impuls, dan kebiasaan rutin.
Meski tampaknya pikiran top-down dapat memegang kendali dalam pikiran manusia, sebenarnya pikiran bottom-up seringkali lebih dominan. Pikiran bottom-up menjadi kuat karena menghemat energi yang dikeluarkan otak. Hal-hal baru yang Anda pelajari dan lakukan secara sadar (top-down), lama kelamaan akan menjadi kebiasaan dan rutinitas (bottom-up).
Itulah kenapa saat Anda berusaha terlalu keras untuk sesuatu, seringkali justru Anda gagal.
Contohnya, saat seorang atlet berusaha untuk menang dengan mengingat semua teknik yang ia pelajari, ia justru gagal karena badannya yang sudah terlatih untuk melakukan teknik-teknik tersebut justru terganggu dengan pikirannya.
Intinya, atensi yang berlebihan justru menyusutkan kendali mental. Saat Anda tertekan, Anda justru cenderung untuk melupakan banyak hal. Saat Anda ditekan untuk tidak melakukan atau mengatakan sesuatu, justru Anda cenderung untuk melakukan atau mengatakan apa yang dilarang.
Jadi, Anda perlu menyeimbangkan antara pikiran bottom-up dan top-down. Saat terlalu condong pada pikiran bottom-up, hidup Anda menjadi otomatis dan banyak tindakan yang Anda lakukan secara tidak sadar.
Karena itu, Anda perlu melibatkan secara aktif pikiran top-down untuk meningkatkan atensi, dan memilih untuk mengabaikan berbagai gangguan sensoris maupun emosional.