Sesungguhnya penyebab depresi masih menjadi misteri di kalangan psikiatri. Pola pengasuhan yang salah, pengabaian,dan eksploitasi di masa kanak-kanak bukan satu-satunya penyebab gangguan kejiwaan. Bisa jadi ada penyebab irasional yang terhubung dengan kualitas spiritual seseorang.

Depresi itu sendiri merupakan bentuk penyangkalan diri atas reaksi emosi di masa kecil. Perasaan-perasaan yang paling sederhana seperti rasa tidak senang,jengkel,marah,rasa sakit,sedih,rasa lapar dan kegembiraan tidak bisa diluapkan sepenuhnya karena ditekan oleh gaya pengasuhan orangtuanya.

Akumulasi perasaan yang tidak mampu diluapkan itulah yang menjadi salah satu faktor penyebab depresi.

Luapan emosional yang keluar dari penderita depresi dan tersalurkan dengan benar, maka mata rantai yang menghubungkannya dengan memori-memori yang di represi menjadi jelas.

Hasilnya berupa perasaan lega yang luar biasa. Sebaliknya jika luapan emosional tak tersalurkan dengan benar, depresi akan terus berlanjut. Sampai mata rantai tersebut menemukan kaitan sejelas-jelasnya di masa lalu.

Baik penderita depresi maupun grandiositas,keduanya sama-sama menyangkal total realitas masa kecil mereka. Pada penderita grandiositas berupa ilusi kesuksesan, dan pada pengidap depresi berbentuk rasa takut terus menerus.

Keduanya tidak dapat menerima kenyataan bahwa kehilangan dan ketiadaan kasih sayang sudah terjadi di masa lalu, dan bahwa tidak ada upaya yang dapat mengubah kenyataan itu.

Oleh karena itu,berdamai dengan masa lalu adalah kunci kesembuhan. Kekuatan itu ada dalam diri sendiri. Terapis hanya membantu untuk menemukan mata rantai kenangan-kenangan buruk dimasa lalu. Dan membantu mensugestikan secara positif agar pasien segera bangkit dari keterpurukan masa lalu yang kelam.