New York sebagai salah satu kota utama di Amerika Serikat, bahkan di dunia, dikenal dengan julukan “The Big Apple”, “World Financial Capital”, “The City of Light”. New York memiliki peranan penting di dunia internasional, selain pebisnis, investor, politisi dari seluruh dunia. New York juga ditujukan bagi para wisatawan dan warga kota itu sendiri.

City branding New York diinisiasi oleh kebangkrutan yang dialaminya. Kondisi ini diperparah dengan penolakan pemerintah federal Amerika Serikat untuk memberi bantuan. Namun, New York mampu bangkit dengan melibatkan orang-orang yang memiliki kompetensi. Artinya, city branding ialah sebuah proses yang melibatkan bermacam orang dengan bermacam keahlian.

Penyatuan berbagai kemampuan itu menghasilkan sebuah logo “I Love New York” yang begitu terkenal di seluruh dunia. Konsistensi dalam menerapkan sebuah brand adalah hal penting. Brand pada sebuah kota muncul dari proses kreatif yang terkadang memerlukan waktu yang tidak sedikit dan sederhana.

Citra sebuah kota bisa muncul karena banyak faktor, seperti arti nama kota tersebut, simbol yang melekat pada kota (terkadang dikaitkan dengan masa lalu). Kota itu juga biasanya memiliki slogan yang dikaitkan dengan sejarah kota. Selain itu, bisa juga dicirikan oleh produk yang dihasilkan oleh sebuah kota. Seperti Paris, misalnya,dengan produk khasnya Menara Eiffel, the Louvre, Museum Seni Modern Beauborg, dan toko-toko perancang terkenal.

Paris mengomunikasikan kotanya melalui karya arsitektur yang indah. Belum ada tokoh dari kota Paris yang mendunia (kecuali Presiden Perancis). Berbeda halnya dengan London, yang mencirikan kotanya dengan artis musik Pop dan stasiun TV bertaraf internasional seperti BBC. London juga terkenal dengan tokoh politiknya, Tony Blair.