Banyak orang merasa hampa atas aktivitas hidupnya yang stagnan. Pada puncaknya mereka akan kehilangan arti keberadaan diri di tengah hiruk pikuk manusia lainya di dunia ini. Seseorang akan berubah ketika dia berpikir akan eksistensinya.
Dalam buku Zulfikar Alimudin, The New You, ada tiga hal yang membuat seseorang menjadi berubah, yaitu kegetiran, kegelisahan, dan tantangan. Namun terkadang perubahan ini terhambat oleh kondisi yang nyaman.
Mungkin kadang-kadang terlewat pemikiran “buat apa berubah? Begini saja sudah enak kok.” Pada faktanya memang tidak banyak yang lulus dari ujian rasa nyaman.
Ada cara yang dicetuskan oleh Mike robbins untuk mengenali diri lebih dalam lagi.
Dari enam langkah di atas, Muthia Sayekti merangkumnya menjadi tiga langkah saja. Pertama, kontemplasi atau perenungan secara mendalam terhadap diri sendiri tentang hal yang diinginkan sebenarnya. Kedua, melakukan aksi nyata dari hasil kontemplasi. Ketiga, evaluasi segala aksi yang dilakukan agar berbagai kesalahan tidak terulang kembali.
Adapun masalah ketika Anda sudah mencoba mencari potensi diri tapi ternyata Anda malah merasa tidak memiliki kelebihan apapun. Hal itu terjadi bukan karena Anda tidak punya kelebihan, melainkan karena Anda masih memikirkan beberapa hal negatif seperti omongan orang lain.
Untuk mempermudah proses kontemplasi, Anda dapat berpikir tentang apa yang Anda sering lakukan, paling asyik, paling mudah, dan apa yang selalu Anda impikan.
Dalam proses pencarian potensi diri, Anda juga dapat menggunakan teknik gagal fokus. Gagal fokus di sini berbeda dengan istilah umum yang bermakna negatif. Gagal fokus di sini berarti mengalihkan fokus dari hal-hal negatif kepada hal-hal yang positif.
Dalam memaksimalkan potensi diri, diperlukan juga ruang aktualisasi diri. Dalam ruang ini, Anda dapat menjadi diri sendiri tanpa perlu menuruti tuntutan apa pun dari siapa pun. Ruang ini membuat Anda terhindar dari rasa kesepian.
“Hidup ini tidaklah untuk membuktikan apa pun kepada siapa pun"
Paulo Coelho