Berawal karena kesebalannya pada atasan, Bob Sadino memutuskan untuk berhenti bekerja di Eropa dan memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Bermodalkan dua mobil sedan Mercedez yang didapatnya selama bekerja di Eropa, Bob bersama istrinya memulai kehidupan baru di Indonesia.
Satu mobil dijual dan dibelikan tanah di kawasan Kemang sedangkan satunya lagi dijadikan taksi dan kadang disewakan. Tidak sampai satu tahun, mobil itu mengalami kecelakaan dan Bob pun terpaksa menjadi kuli bangunan untuk menyambung hidupnya.
Hidup mereka mulai berubah ketika Bob memutuskan untuk berwirausaha dengan beternak ayam broiler yang ia peroleh dari temannya di Belanda. Bob pun lalu mempelajari ilmu beternak ayam secara otodidak melalui berbagai sumber, salah satunya melalui majalah yang didatangkan langsung dari Belanda.
Tidak butuh waktu lama, Bob langsung menjadi pakar dalam bidang peternakan ayam ini dan juga menjadi penyedia telur dan daging ayam negeri pertama di Indonesia.
Tidak hanya sebagai produsen, Bob dan istrinya pun juga menjual telur broiler hasil produksi mereka itu secara langsung kepada pelanggan dari rumah ke rumah. Menjual produk baru ternyata tidaklah mudah. Di tahap awal, mereka mendapatkan banyak penolakan dari para pelanggan.
Namun berbekal keyakinan, kegigihan, kerja keras dan juga konsistensi akhirnya telur yang mereka jual mulai diterima pembeli.Bisnis telur ayam Bob ini pun mulai dikenal dan ia pun tidak perlu mencari-cari pembeli lagi, melainkan pembeli yang mencari-carinya.
Mau memulai, konsisten dan terus belajar adalah kunci sukses Bob Sadino dalam merintis bisnisnya. Ia tidak terlalu banyak berpikir dalam memulai bisnisnya. Ia juga terus berjuang dan belajar agar bisnisnya bisa berjalan dan berkembang.
Salah satu faktor utama kesuksesannya adalah ia banyak belajar dari “jalanan”, bukan dari sekolah formal. Menurutnya, belajar di sekolah formal hanya mengajarkan kita untuk tahu. Sementara “sekolah jalanan” mengajarkan kita untuk bisa.
“Cukup satu langkah awal. Ada kerikil saya singkirkan. Melangkah lagi. Betemu duri saya sibakkan. Melangkah lagi. Terhadang lubang saya lompati. Melangkah lagi. Berjumpa api saya mundur. Melangkah lagi. Berjalan terus dan mengatasi masalah.”
Bob Sadino