Kepribadian seorang Hamka juga tercermin dalam diri dan akhlak Ummi sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Ummi begitu ringan tangan membantu orang lain. Tak jarang, Ummi mengajak pedagang yang lewat depan rumahnya untuk makan atau berbuka puasa bersama.
Ummi juga senang menyambung silaturahmi kepada kerabat. Setiap berkunjung, ummi selalu menyisihkan uang belanja untuk kerabat yang didatangi. Bagi Ummi, tak berlaku aturan yang muda harus mendatangi yang tua. Ummi menjalani kebiasaan silaturahminya ini dengan tulus dan ikhlas.
Hamka menempatkan istrinya bukan hanya sebagai ibu dari kesepuluh anaknya, tetapi juga teman berunding dan berdiskusi yang tepat.
Hamka pernah ditawari untuk menjadi duta besar Arab Saudi. Bahkan hendak diangkat menjadi Jenderal Tituler oleh pemerintah. Mengingat jasanya yang begitu besar dalam menghimpun rakyat Sumatera Barat dan Riau untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Setelah berunding dengan Ummi, beliau tetap dalam pendapatnya agar Hamka istiqomah menjadi Ulama dan menyebarkan syiar Islam di Masjid Agung Al-Azhar. Bagi Ummi, menjadi ulama lebih terhormat di hadapan Allah dibandingkan jabatan duniawi. Dari sini terlihat kepribadian Ummi yang sederhana. Tidak ambisius dengan popularitas ataupun jabatan.
Sewaktu Hamka ditahan oleh rezim Soekarno, Ummi tetap tabah menjalani hidup bersama anak-anak. Perhiasan dan kain batik milik Ummi dijual hingga tak tersisa. Untuk makan sehari-hari, Ummi mengandalkan honor menulis suaminya yang belum dibayarkan oleh penerbit.
Lebih dari 40 tahun mendampingi Hamka sebagai istri, Ummi menghembuskan nafas terakhir. Bila ingatan Hamka kepada istrinya begitu kuat, ia akan segera mengambil air wudhu. Mendirikan sholat taubat dua rakaat.
Tujuannya itu tidak lain untuk mengalihkan dan memusatkan pikiran dan kecintaannya semata-mata kepada Allah. Hamka khawatir jika kecintaannya kepada istrinya melebihi kecintaannya kepada Allah.
Setelah sholat taubat, Hamka melanjutkannya dengan membaca Al-Qur’an selama 2-3 jam sampai ia mengantuk. Dalam sehari Hamka bisa menghabiskan 5-6 jam hanya untuk membaca Al-Qur’an.
Setiap bulan Ramadhan, Hamka biasa mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak lima kali. Namun setelah Ummi wafat, Hamka mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 6-7 kali dalam sebulan.
“Ayah takut, kecintaan Ayah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah. Itulah kenapa Ayah sholat taubat terlebih dahulu.“
Hamka