Ketika Anda pulang kantor dengan kondisi lelah, disambut anak yang sibuk mengajak bermain dan berceletoh ini-itu. Kemudian Anda menjadi terganggu dan memarahinya, maka Anda sudah membuang kesempatan menikmati kebersamaan bersama anak.
Tanpa Anda sadari, ketika suatu saat ia sudah beranjak dewasa, tentu Anda tidak akan menemukan momen tersebut lagi. Mungkin anak Anda jarang di rumah, dan sibuk dengan berbagai tugas serta teman-teman mereka.
Sudah lupakah Anda akan doa-doa yang dipanjatkan ketika mengharapkan kehadirannya? Harapan yang digantungkan pada anak? Angan-angan yang ingin dicapai untuk anak? Anak memang tidak tahu bagaimana beratnya Anda di kantor, tapi apakah Anda tahu bagaimana beratnya anak sendirian tanpa ada sosok Anda yang mendampingi?
Coba renungkan bagaimana Anda telah bersikap pada anak. Bagaimana Anda memperlakukannya akan menjadi contoh bagaimana ia berprilaku kelak.
Selain itu, hindari bersikap keras kepada anak. Boleh tegas tapi jangan keras, dua hal itu berbeda.
Jika Anda keras, bisa jadi anakAnda akan merasa bahwa Anda bukan sosok yang tepat untuk diajak bicara. Maka tidak jarang kemudian teman-temannya yang berperilaku kurang baik akan menjadi panutan karena mereka lebih asyik diajak bicara.
Anda juga tidak perlu merasa gengsi untuk mengetahui apa yang sedang digemari anak seusianya. Ini bukan urusan Anda juga suka atau tidak, namun agar Anda lebih bisa memahami dan mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia anak.
Jika Anda mengetahui kegemaran mereka, tentu akan lebih mudah menjalin komunikasi dengan anak.
Jadilah teman yang tegas namun asyik bagi anak Anda. Dengan demikian ia akan selalu menjadikan Anda sebagai tempat mencurahkan segala hal. Ia tidak akan ragu untuk berkata jujur apapun masalah yang ia hadapi, karena tahu Anda akan mengapresiasi kejujurannya. Dan, kebohongan justru menjadi hal yang akan ia hindari.