Dalam kaitannya dengan Adversity Quotient, salah satu tugas utama Anda sebagai orangtua adalah meyakinkan buah hati anda agar mampu bertahan melewati semua tahapan kehidupan dengan segala masalah dan dilematikanya.
Tak hanya itu, Anda juga harus dapat meyakinkannya bahwa segala sesuatu tidak dapat diraih dengan instan, semua ada prosesnya.
Untuk itu, Anda perlu memahami kerangka dasar pembentuk AQ. Pertama; Psikologi Kognitif. Kerangka ini terkait dengan kemampuan manusia dalam mengatasi/mengendalikan hidup, termasuk juga tentang segala sesuatu yang akan membentuk pribadi positif dengan indikator-indikator: motivasi, efektivitas, daya juang, kinerja, vitalitas, produktivitas.
Contoh sikap Adversity yang termasuk dalam ranah psikologi kognitif adalah menyikapi dengan baik terhadap setiap ketidakberdayaan.
Kedua, Neurofisiologi. Teori ini berbicara tentang kebiasaan dan hubungannya dengan belajar, maksudnya berawal dari belajar, kemudian menjadi kebiasaan yang otomatis. Contoh sederhananya adalah seorang anak yang belajar cara mengosok gigi atau mengikat tali sepatu.
Ketiga, Psikoneuroimunologi. Hubungan antara pola pikir dan kesehatan tubuh yang berasal dari serangkaian penelitian yang membuktikan bahwa aktivitas menulis perasaan-perasaan akan membawa pengaruh positif dan berlangsung terhadap sistem kekebalan tubuh.
Lebih jauh, ia juga membuktikan bahwa orang-orang yang memiliki buku harian akan memiliki peningkatan fungsi kekebalan tubuh secara nyata dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki buku harian.
Penelitian tersebut, menggambarkan tentang betapa besarnya pengaruh perasaan terhadap kesehatan dan vitalitas. Betapa eratnya hubungan antara respons positif dan kekebalan tubuh, kesehatan mental dan kekuatan fisik yang kemudian membentuk jiwa adversitas seseorang.
Pada ranah inilah yang membentuk seseorang menjadi survive, tangguh, serta mampu mengendalikan emosi dengan baik dan cerdas mengolah masalah.
“Dalam AQ, kesulitan justru sebuah tantangan yang akan menjadikan hidup lebih hidup.”
Miarti Yoga