Setiap generasi memiliki karakter dan sudut pandang yang berbeda tentang pekerjaan. Mengetahui karakter dan sudut pandang masing-masing generasi merupakan langkah awal dalam memahami mereka.
Generasi Zoomer sudah bekerja ketika resesi tahun 2008-2009 di Amerika Serikat terjadi. Situasi ini membuat mereka terpaksa memperpanjang masa kerja demi bertahan hidup.
Oleh karena itu, Zoomer cenderung menjadi karyawan yang pekerja keras dan ingin terus menghasilkan uang. Kepastian kerja menjadi sangat penting bagi Zoomer. Terlebih lagi, mereka kini memiliki tanggungan keluarga, termasuk orang tua yang sudah lanjut usia.
Berbeda dari generasi Zoomer, Generasi X mulai bekerja tahun 1990-an ketika berbagai perubahan signifikan di bidang sosial, politik dan ekonomi terjadi. Gen X sadar akan ketidakpastian dalam dunia kerja sehingga mereka menganggap pekerjaan tidaklah lebih penting dari kehidupan pribadi. Mereka tidak terlalu takut akan kehilangan pekerjaan.
Sedangkan Generasi Y memasuki dunia kerja setelah tahun 2000-an. Mereka terbiasa dengan teknologi, menonton acara reality show yang mulai ditayangkan televisi, dan memiliki masa kecil dengan bermacam kegiatan.
Hal ini membuat gen Y cenderung multi-tasking, ingin terkenal, dan sangat rentan merasa bosan di tempat kerja yang tidak menantang. Gen Y tidak termotivasi oleh uang, tetapi lebih kepada imbalan, misalnya perjalanan.
Zoomer terbiasa dengan masa kerja yang panjang sehingga mereka lebih loyal kepada perusahaan. Sementara itu, gen X akrab dengan fenomena perampingan perusahaan. Gen Y ketika kecil menyaksikan orang tua mereka (gen X) hidup dalam kondisi seperti itu.
Situasi ini membuat loyalitas gen X dan Y bukanlah terhadap perusahaan, melainkan kepada kebahagiaan diri sendiri.