Anda bisa memakai kata “sempurna” sepanjang waktu, tapi hanya dalam konteks momen. Percayalah, itulah satu-satunya momen ketika kesempurnaan itu nyata. Sekeping waktu bisa melayang-layang, berkilau dalam keheningan sejenak. Dan kemudian berlalu. Suatu momen sempurna di dunia yang tak sempurna.
Momen ketika Anda berjalan di tengah-tengah hutan, menghirup udaranya dan merasakan sentuhan angin, sungguh sempurna. Momen di pagi hari ketika Anda keluar rumah, membiarkan sinar matahari menyirami tubuh Anda, begitu sempurna.
Di dunia yang terus bergerak, momen-momen seperti itu bisa terasa seperti mengedip kepada Anda. Sejenak Anda melihat diri Anda sepenuhnya terbenam dalam pengalaman itu, tidak terusik masa lalu atau masa depan, dan menyadari bahwa momen itu tidak akan berlangsung selamanya.
Jika Anda mampu melambatkan tempo, terfokus, dan memperhatikan cukup lama maka Anda akan menemukan hal-hal berharga pada detail-detail kecil kehidupan sehari-hari.
Saat Anda terlalu tergesa-gesa, mata terpaku pada masa depan, atau menatap ponsel ataupun teralihkan oleh kehidupan orang laian, Anda akan melewatkan kesempatan untuk berhenti dan mengambil momen indah milih Anda sendiri, serta merasakan wabi sabi.
Anda sebenarnya tahu betapa hidup bisa menyenangkan di saat Anda terfokus pada momen di dalamnya. Hanya saja tanpa sadar Anda melewatkan hari-hari Anda dengan tergesa-gesa, teralihkan, stres, terkungkung, dan berada pada jalan kehidupan yang terasa asing.
Ketika Anda benar-benar membuka mata dan hati, keindahan akan memanggil Anda, menembus kehebohan dan kebisingan.
Wabi sabi mengingatkan Anda untuk memeluk setiap tahap kehidupan, sehingga Anda dapat menikmatinya penuh penghargaan. Ketika Anda memilih untuk hidup dengan tempo yang sesuai dengan Anda, melakukan sebaik mungkin yang Anda dan menerima bahwa hanya itu bisa Anda lakukan, maka segalanya terasa berbeda.
Setiap tahapan hidup adalah waktu untuk pertumbuhan. Saat itulah keindahan dari dalam akan memancar ke luar.