Masaru melanjutkan penelitian dengan membandingkan air suling biasa dengan air suling yang ditempatkan di sebelah televisi, komputer, telepon genggam, serta microwave. Air suling biasa menampilkan kristal utuh, tetapi tidak dengan air suling yang ditempatkan di sebelah sumber elektromagnetik.
Penggunaan sumber gelombang elektromagnetik merusak kristal air. Maka, manusia pun seharusnya tidak terlalu sering menggunakannya.
Masaru juga memotret kristal air dari botol berisi air yang ditempatkan di antara dua pengeras suara. Musik pun dimainkan. Kristal dari air yang diperdengarkan lagu-lagu klasik seperti Beethoven dan Bach membentuk kristal utuh dan rinci. Lagu Elvis Presley berjudul Heartbreak Hotel menunjukkan potret kristal utuh yang terbelah dua.
Berbeda dengan jenis musik tadi, air yang diberi musik hingar-bingar mengandung nuansa kemarahan dan lirik yang vulgar menghasilkan potret kristal sama seperti kristal yang diberi kata-kata “kamu bodoh!”. Berdasarkan penelitian-penelitian tadi, Masaru beranggapan bahwa air lebih merespon kata-kata ketimbang alunan musik.
Percobaan Masaru telah mendorong keluarga-keluarga di Jepang melakukan percobaan sederhana di rumah masing-masing. Ada keluarga yang menyiapkan tiga botol berisi beras dengan perlakuan berbeda. Setiap hari pada botol pertama diucapkan “terima kasih”, botol kedua dengan kalimat “kamu bodoh”, dan botol ketiga dibiarkan saja.
Orang lain yang melakukan percobaan serupa, kesemuanya memperoleh hasil yang sama. Hasil percobaan itu adalah beras di botol pertama mulai meragi dan mengeluarkan aroma lembut. Beras di botol kedua dan ketiga menjadi hitam dan busuk.
Namun, beras di botol ketiga membusuk lebih cepat. Masaru mengaitkan hasil ini dengan filosofi kehidupan, yakni bahwa sikap mengabaikan lebih merusak dibandingkan sikap mencemooh.
Manusia dapat memperoleh energi, baik positif maupun negatif dari orang lain. Energi positif meningkatkan kebahagiaan seseorang. Sementara itu, bentuk energi yang paling merusak adalah tidak memperoleh energi sama sekali, dalam hal ini tidak memperoleh perhatian dari siapa pun.
Dibandingkan makhluk lain, tubuh manusia adalah yang paling kompleks karena memiliki unsur yang jauh lebih banyak. Kondisi ini membuat manusia mudah merasakan emosi. Dalam satu emosi negatif, tersimpan satu emosi positif, karena dua emosi yang berlawanan berada pada jalur gelombang yang sama.
Menurut pandangan Masaru, prinsip kesejajaran emosi tersebut menyiratkan bahwa orang selalu punya benih jahat dalam dirinya. Meskipun begitu, pada dasarnya tidak ada orang yang benar-benar sangat jahat.