Dalam mengawal anggota timnya, pemimpin harus menyadari batas-batas kelemahan diri dan berani mengakuinya kepada orang lain. Dengan kata lain, pemimpin harus memiliki “kerendahan hati intelektual”.
Di era digital seperti saat ini, akses informasi terbuka bagi semua orang. Artinya, sangat mudah bagi anggota tim Anda untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru. Bisa jadi mereka mengetahui hal-hal yang belum Anda pahami. Untuk itulah seorang pemimpin perlu memiliki kerendahan hati.
Tanpa kerendahan hati, individu tidak akan dapat belajar dan mengembangkan diri dengan baik. Seseorang yang sudah merasa pintar dan jago akan cenderung untuk menghindari belajar hal-hal baru. Bahkan, pengetahuan baru akan dianggapnya sebagai ancaman. “Penyakit” semacam ini bisa menimpa semua orang, termasuk pemimpin yang sudah berada di posisi puncak organisasi.
Jadi, jangan malu untuk mengakui bahwa sebagai pemimpin Anda pun memiliki kekurangan. Salah satu cara yang kreatif untuk mengkomunikasikan kelemahan diri adalah dengan mengemasnya dalam bentuk cerita pribadi yang inspiratif. Alih-alih menceritakan kelemahan dalam bentuk keluhan, Anda bisa mengolahnya dalam bentuk cerita yang menyentuh emosi.
Ceritakanlah bagaimana perjuangan Anda dalam melalui berbagai kegagalan hingga akhirnya berada di posisi yang sekarang. Tunjukkan bahwa Anda juga manusia biasa yang kadang jatuh di tengah jalan. Dengan cara ini anggota tim akan fokus pada proses pengembangan diri yang Anda jalani, bukan kelemahan yang Anda miliki.
“Cobalah untuk melihat kelemahan-kelemahanmu dan ubahlah menjadi kekuatan. Itulah yang disebut kesuksesan.”
Zig Ziglar