Diantara konflik kepentingan dan terjadinya kesepakatan, ada sebuah ruang bernama negosiasi. Di dalam hidup, setiap orang pasti dihadapkan pada banyaknya pilihan yang tak jarang saling bertentangan satu sama lain. Life is about making decisions.
Pertanyaannya adalah apakah pilihan-pilihan yang Anda buat itu masih bisa dinegosiasikan? Adakah ruang bagi kemungkinan-kemungkinan lain di luar keputusan-keputusan yang biasanya Anda ambil?
Tak dapat disangkal lagi, kehidupan telah membawa semua orang pada roda negosiasi permanen tanpa henti.
Anda pun pada akhirnya dibawa pada satu realitas, di mana negosiasi tidak berhenti saat keputusan sudah diambil. Negosiasi adalah proses tiada henti, selalu ada pilihan baru, opsi-opsi yang lebih menarik dan bermanfaat.
Umumnya dengan segala pemikiran dan pertimbangan, pada akhirnya Anda akan memutuskan satu pilihan yang mungkin paling baik, paling tepat, paling tidak beresiko dan paling cepat jadi solusi.
Di dalam dunia bisnis pun, pola ‘menghadapi banyak pilihan’ tidak jauh berbeda. Ada banyaknya opsi yang mungkin saling bertentangan, terutama yang berkaitan dengan interaksi antara satu pihak dengan pihak lain akan beresiko mengacaukan rencana bisnis baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Proses tawar-menawar untuk memenangkan kepentingan masing-masing, atau setidaknya untuk mendapatkan solusi “win-win” itulah yang melahirkan apa yang disebut negosiasi. Sejauh tidak melanggar moral dan etika, di dalam bisnis segala sesuatunya bisa dinegosiasikan.
Namun perlu diingat, apabila hasil negosiasi sudah disepakati dan final, serta tertulis dalam sebuah kontrak misalnya, maka minimalkan potensi negosiasi atas kontrak itu. Disiplinlah, patuhilah kesepakatan.
Negosiasi bisa berperan untuk menyelamatkan satu pihak dari kekalahan total, dan menyelamatkan pihak lain dari ‘dimusuhi’ karena menang terlalu telak.