Jenderal Soedirman merupakan Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia yang pertama.

Tidak hanya itu, Jenderal Soedirman juga merupakan satu-satunya panglima besar yang tidak dipilih oleh pemerintah, melainkan dipilih langsung oleh sesama tentara.

Berlatar belakang sebagai seorang guru, Soedirman muda memulai karir militernya dengan bergabung sebagai pasukan Pembela Tanah Air (PETA), pasukan khusus yang dibentuk oleh Jepang.

Ia kemudian terpilih sebagai Panglima Besar Tentara Indonesia melalui sebuah sidang revolusioner yang diikuti oleh beberapa perwira tinggi militer di Yogyakarta.

Selain karena kecakapan dan karismanya, terpilihnya Soedirman sebagai Panglima Besar tidak terlepas dari beberapa pencapaian besar yang diraihnya ketika menjabat sebagai komandan batalion PETA dan panglima divisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Purwokerto.

Ketika menjadi komandan batalion PETA, ia berhasil meyakinkan pasukan Jepang untuk menyerahkan senjata secara damai di Kroya.

Begitu juga ketika Soedirman menjabat sebagai panglima divisi TKR Purwokerto, ia berhasil menjadikan kota itu sebagai pusat pemasok senjata untuk daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Peserta sidang yang didominasi oleh para perwira eks PETA juga ikut mempermudah langkah Soedirman untuk menjadi Panglima Besar pada saat itu. Para perwira eks PETA kurang menyukai calon yang berasal dari KNIL, tentara yang dibentuk dan dididik oleh pemerintah Belanda.

Ketika menjabat sebagai Panglima Besar pun Jenderal Soedirman berkontribusi besar dalam meletakkan dasar-dasar ketentaraan Indonesia.

Selain itu, ia juga berhasil memenangkan perang besar melawan pasukan Inggris di Ambarawa dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari pemerintah Belanda melalui taktik gerilyanya yang ternama.