Generasi milenial memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Salah satunya adalah masalah fleksibilitas tempat dan waktu dalam bekerja.
Bagi kaum milenial, bekerja bisa di mana saja dan kapan saja. Hal ini tidak akan mempengaruhi produktivitas mereka, bahkan hasil yang didapatkan bisa lebih baik dibandingkan bekerja dari jam 9-5 di kantor.
Bagi pekerja milenial, fleksibilitas merupakan prioritas utama. Mereka, bahkan rela gajinya sedikit dikurangi asalkan dapat bekerja secara fleksibel.
Karakter milenial ini pun sudah menjadi pertimbangan bagi banyak perusahaan untuk mengubah waktu kerja di kantor. Saat ini, banyak perusahaan sudah mulai menerapkan waktu kerja fleksibel (flexi time) bagi para karyawannya.
Bagi kaum milenial, kantor tidak hanya berfungsi sebagai tempat bekerja tetapi juga tempat bermain. Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kreativitas dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak monoton dan membosankan.
Saat ini, banyak kantor mulai menerapkan desain yang kreatif, menyediakan permainan dan membebaskan karyawannya mendengarkan musik ketika bekerja sesuai dengan karakter pekerja milenial.
Selain masalah tempat dan waktu, para milenial juga mampu mengubah budaya berpakaian di kantor.
Jika generasi sebelumnya lebih suka menggunakan pakaian formal yang cenderung monoton di kantor, tidak begitu halnya dengan para milenial. Cara berpakaian kasual ala milenial ini mulai ditiru banyak perusahaan agar terkesan kekinian.
Dalam berpakaian, pekerja milenial lebih suka menggunakan pakaian kasual seperti kemeja santai, T shirt, hoodie, sneakers, dan lain-lain.
Tidak hanya pria, wanita milenial juga lebih menyukai sneakers dibandingkan high heels. Sneakers sangat cocok bagi para wanita yang aktif, tidak suka ribet namun tetap ingin terlihat fashionable.
Salah satu tantangan terbesar bagi perusahaan dalam merekrut pekerja milenial adalah masalah loyalitas. Kaum milenial suka dengan tantangan dan ingin memperoleh berbagai pengalaman baru.
Bagi mereka, aktualisasi diri merupakan hal terpenting dalam hidup. Ketika perusahaan tidak lagi memberikan mereka ruang untuk mengaktualisasikan diri mereka, maka mereka akan berhenti dan mencari tantangan yang baru di pekerjaan baru.
“Milenial sebagai job-hopper adalah sebuah keniscayaan. Anda tidak bisa melawannya.Yang bisa Anda lakukan adalah mengelolanya sebaik mungkin dengan memahami perilaku dan preferensi mereka di tempat kerja.”
Yuswohady dkk