Sebagaimana dalam buku Rhenald Kasali (Disruption), bahwa segala aspek kehidupan saat ini terjadi perubahan besar-besaran atau disrupsi akibat dari kemajuan teknologi dan inovasi.
Anda tidak bisa melakukan hal yang sama dan mengharapkan sesuatu yang berbeda. Sehingga penting bagi Anda untuk memahami distruptive mindset dan steady mindset.
Distruptive mindset berarti memandang kecerdasan sebagai sesuatu yang bisa dikembangkan. Sedangkan, steady mindset memandang kecerdasan sebagai benda mati, di mana mereka cenderung terikat kuat pada tradisi dan menghindari adanya perubahan.
Salah satu guru kece dengan distruptive mindset seperti yang dilakukan Prof. Marcus Wono Setya Budhi dari Fakultas MIPA ITB. Beliau memberikan pengajaran dan penyelesaian masalah kontesktual dalam keseharian dengan menggunakan rumus matematika, karena menurutnya matematika bukan hanya angka saja dalam teori.
Imajinasi dan kreativitas merupakan kata kunci yang membedakan sekolah dan lembaga lain. Keduanya menjadi bahan bakar utama dalam pembelajaran. Guru harus selalu terbuka pada siswa yang ingin berbagi dan mengejar mimpinya.
Guru kece berdiri didepan kelas bukan sebagai raja yang didengarkan dan dilayani, melainkan sebagai pelayan yang selalu mendengarkan dan melayani para siswa.
Guru kece akan memulai perubahan dirinya tanpa menunggu lama, karena menurutnya waktu satu menitpun akan sangat berharga. Seperti halnya dengan tersenyum yang hanya butuh sekian detik namun bisa memberi dampak positif bagi sekitar.
Menyapa siswa hanya butuh waktu yang singkat, namun dapat mempererat hubungan antara guru dan siswa. Mengucapkan maaf - tolong - terimakasih, hanya butuh lima detik namun dapat membuat orang lain merasa dihargai.
Generasi Y (1981-1994), Z (1995-2010) dan Alpha (2015-2035) adalah generasi yang cenderung rapuh, generasi anak mami yang nyaris tidak mengalami kerasnya tantangan zaman, semua serba tersedia.
Mereka hidup dari fasilitas yang dibeli oleh orang tua mereka, namun itu merupakan perangkap zona nyaman buatan orang tua mereka, padahal sebenarnya hadiah terbesar dan terindah orang tua untuk anak-anaknya adalah tantangan bukan fasilitas yang memanjakan.
Guru kece sangat memahami kondisi generasi Y, Z dan Alpha. Guru kece akan mendorong siswa untuk belajar mandiri. Ia juga memberikan keleluasaan untuk berbeda pendapat, karena sejatinya perbedaan pendapat tersebut bisa memperkaya gagasan.