Perubahan zaman juga menuntut perubahan dalam gaya kepemimpinan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif di era disruptif ini tidaklah cukup hanya dengan kemampuan manajerial saja.
Kemampuan manajerial berupa kemampuan teknis (hard skills) dan kemampuan nonteknis (soft skills) memang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kemampuan manajerial ini membantu para pemimpin untuk melakukan segala sesuatu dengan baik.
Namun, pemimpin yang efektif juga harus memiliki kemampuan kepemimpinan (leadership). Kemampuan leadership meliputi kemampuan dalam menetapkan visi, memberikan inspirasi, memberikan coaching, melakukan inovasi dan kreatif dalam mencari cara-cara baru.
Selain itu, untuk menjadi pemimpin yang efektif, Anda harus mampu memberikan pengaruh kepada bawahan Anda.
Seorang pemimpin yang baik tidak akan memanfaatkan kekuasaan yang dimilikinya, dia akan mampu menggerakkan bawahan dengan pengaruh yang dimilikinya.
Pengaruh tidak semata-mata berasal dari kekuasaan yang Anda miliki. Pemimpin yang hanya mengandalkan kekuasaan, pengaruhnya tidak akan bertahan lama. Pemimpin seperti ‘bos’ ini biasanya akan ditinggalkan pengikutnya ketika kekuasaannya sudah habis.
Sedangkan pemimpin yang mampu mengelola pengaruh tanpa terlalu mengandalkan kekuasaannya justru akan dikenang dan tetap didengarkan bawahannya meskipun tidak memiliki kekuasaan lagi.
Bahkan, Untuk menjadi pemimpin yang berpengaruh kadang kala kekuasaan tidaklah dibutuhkan. Dalai Lama dan Mother Teresa merupakan contoh pemimpin yang berpengaruh di dunia namun tidak memiliki kekuasaan secara fungsional dan struktural.
Terakhir, pemimpin yang efektif itu bukanlah pemimpin yang memiliki banyak pengikut karena pengaruh yang dimilikinya, melainkan pemimpin yang mampu menciptakan pemimpin-pemimpin baru yang lebih baik daripada dirinya.
“Management is about arranging and telling. Leadership is about nurturing and enhancing.”
Tom Peters