Tujuan utama pendidikan adalah membentuk siswa yang berkarakter. Kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya ungkap Martin Luther King. Karakter baik adalah kunci keberhasilan individu.
Hal ini juga menjadi tanggung jawab guru. Bahkan seseorang dapat dikatakan gagal sebagai seorang guru ketika ia tidak mampu membentuk karakter baik pada pribadi anak didiknya.
Merosotnya nilai karakter anak bangsa tengah menjadi sorotan publik. Berbagai alternatif diupayakan untuk memecahkan persoalan tersebut. Salah satu alternatifnya adalah melalui pendidikan dengan menjadikan guru sebagai aktornya. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi bangsa dalam berbagai aspek kehidupan.
Ada tiga langkah strategis yang dapat dilakukan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah:
Dalam proses pembelajaran guru harus menyeimbangkan antara pengembangan kognitif dan pembentukan moralitas.
Guru yang hebat adalah menghargai siswa dengan berbagai potensi, baik potensi IQ, ES, dan SQ. Yang diperlukan anak didik adalah proses pembelajaran yang menyeimbangkan IQ, SQ, dan EQ agar dapat menjalani kehidupan yang seimbang.
Untuk membentuk karakter, guru tidak bisa melakukannya dalam sekejap dengan memberikan nasihat, perintah atau instruksi. Pembentukan karakter memerlukan teladan, rolemodel, kesabaran, pembiasaan, dan pengulangan.
Proses pendidikan karakter merupakan suatu proses pembelajaran untuk pembentukan kepribadian melalui nilai-nilai kehidupan, agama dan moral.