Buku

Full Day School

Konsep, Manajemen, & Quality Control
By Jamal Ma’ruf Asmani
<
>
2 dari 7

Menurut Achmed El-Hisyam (2019), sejarah munculnya full day school lahir pada awal tahun 1980-an di Amerika Serikat. Pada mulanya full day school hanya diterapkan untuk Taman Kanak-kanak, kemudian melebar hingga sampai ke jenjang menengah atas.

Kala itu, masyarakat AS tertarik dengan full day school dikarenakan beberapa hal, antara lain :

  • Meningkatnya jumlah ibu yang bekerja dan memiliki anak di bawah 6 tahun.
  • Meningkatnya jumlah peserta didik usia prasekolah yang ditampung di sekolah-sekolah milik publik.
  • Meningkatnya pengaruh televisi dan kesibukan.
  • Keinginan untuk meningkatkan nilai akademik peserta didik agar bisa sukses masuk ke jenjang berikutnya.

Hal tersebut, yang mendorong para orangtua di AS lebih memilih sekolah yang memiliki program full day school daripada half day program (program belajar setengah hari).

Sedangkan, menurut Sismanto (2007) menyatakan bahwa pada pertengahan 1990 di Indonesia mulai muncul istilah sekolah unggul (exellent school). Kemudian, istilah tersebut berkembang menjadi trademark di masyarakat dengan berbagai ragam dan coraknya. Misalnya, sekolah plus, sekolah unggulan, sekolah alam, sekolah full day, dan lain-lain.

Model sekolah full day ini dikembangkan di sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran Islam secara intensif dan dilakukan dengan cara menambah jam belajar untuk keagamaan.

Pada jam belajar half day school biasanya peserta didik pulang pukul 13.00 WIB, maka dengan system full day school peserta didik akan pulang pada pukul 15.15 WIB.

Adapun jika ditelisik lebih dalam, konsep full day di dunia pendidikan sebenarnya sudah diterapkan oleh pesantren. Bahkan ada yang mengatakan sekolah full day berasal dari pesantren.

Karena di pesantren ini mereka hidup, mengaji, dan belajar selama 24 jam bersama kiainya. Dan, yang mungkin Anda perlu diketahui bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia.

“Keberhasilan pesantren dalam merealisasikan tanggung jawab besar itu sangat ditentukan oleh faktor syaikhun fattah (kiai yang mampu membuka mata hati santrinya) dan mudawamah wa ilhah (konsistensi dan kesungguhan santri dalam belajar).”

KH. Ishomuddin Hadziq

<
>
2 dari 7
Baca di Pimtar App Beli Buku Ini
Buku
Keen Achroni
Dari Hobi Menjadi Pundi-pundi
Buku
Daniel Goleman
Penggerak Keunggulan yang Tersembunyi
Buku
Heru Kurniawan
Menjadi Penulis Kreatif dengan Praktik Menulis Berbagai Genre Tulisan
Buku
Malcolm Gladwell
Kemampuan Berpikir Tanpa Berpikir
Buku
Martin Amor & Alex Pellew
Temukan, Wujudkan Passion,dan Ubah Hidupmu
Buku
Brian Tracy
7 Langkah Rahasia untuk Membangun Kebiasaan Sukses dalam Hidup Anda