Jika harus memilih hanya mengingat satu kutipan saja dari berbagai teks tentang Stoisisme, maka kutipan dari Epictetus akan penulis pilih. Kutipannya adalah “Ada hal-hal di bawah kendali kita, ada hal-hal yang tidak di bawah kendali kita”. Prinsip ini disebut dikotomi kendali.
Beberapa hal tidak di bawah kendali Anda antara lain:
Sedangkan, beberapa hal di bawah kendali Anda, yaitu:
Stoisisme mengajarkan Anda bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari hal-hal yang bisa Anda kendalikan dan Anda tidak dapat menggantungkan kebahagiaan sejati pada hal-hal yang tidak bisa Anda kendalikan.
Bagi para filsuf Stoa, menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan adalah tidak rasional.
Fokus kepada hal-hal yang bisa Anda kendalikan bisa membantu Anda melalui masa hidup tersulit sekalipun, karena sikap dan persepsi Anda “ada sepenuhnya di bawah kendali Anda”.
Misalnya saja, ketika Anda mengalami patah hati karena pasangan Anda bosan dan memilih orang lain. Haruskah Anda memaksakan hati seseorang yang sebenarnya di luar kendali Anda? Bukankah lebih baik jika Anda move on dan bersikap menerima?
Disadari atau tidak, kebanyakan orang hidup terus-menerus mengikuti pendapat orang lain. “Apa kata orang?” adalah ucapan yang sering Anda dengar. Bagi masyarakat Indonesia, tekanan opini orang lain adalah sesuatu yang nyata.
Misalnya saja ketika seseorang bekerja, sebenarnya ia tidak cocok bekerja di perusahaan sekarang, tapi karena perusahaan ini “wah” di mata orang-orang, akhirnya ia memilih bertahan demi gengsi.
Lalu, kekayaan dalam Filosofi Teras hanyalah ukuran kuantitas aset, properti, harta benda. Tidak lebih dari itu.
Orang yang lebih kaya tidak otomatis kualitasnya sebagai manusia juga lebih baik. Ini bisa membantu Anda saat diterpa rasa iri melihat kekayaan orang lain. Sebaliknya, Anda juga tidak memandang rendah mereka yang harta bendanya lebih sedikit dari Anda.
Dalam Filosofi Teras, ada yang lebih nikmat daripada keinginan yang terpenuhi, yaitu tiadanya keinginan itu sendiri. Ini lebih hebat dari sekadar ikhlas menerima bahwa Anda memiliki (tapi dalam hati masih mengingini). Anda tidak akan pernah merasa miskin ketika Anda bisa mengenal kata “cukup” untuk diri Anda, bukan untuk pendapat orang lain.