Pada abad ke-18, Thomas Robert Malthus mengeluarkan sebuah riset bahwa bumi tidak akan mampu lagi menyuplai makanan bagi warga dunia akibat meledaknya populasi. Hasil riset ini menjadi awal dari revolusi pertanian yang terjadi di Inggris.
Para golongan yang optimis terhadap perubahan mulai melakukan berbagai inovasi dan reformasi dalam bidang pertanian sehingga mampu menghasilkan produk pangan dalam jumlah yang banyak dan dengan harga yang murah. Hal ini juga menurunkan harga komoditas pangan di tingkat internasional.
Selain bidang pangan, perubahan yang signifikan juga terjadi dalam bidang pemerintahan. Beberapa negara kecil yang sebelumnya tidak dianggap menjelma menjadi negara yang berdaya karena memiliki pemimpin yang kreatif dan visioner.
Salah satu contohnya adalah Singapura. Singapura yang hanya memiliki wilayah kecil ini mampu berubah menjadi pusat investasi dan juga perdagangan internasional saat ini.
Perubahan juga terjadi di bidang olahraga. Salah satunya adalah dalam proses perekrutan dan pembinaan para talenta muda berkualitas. Dalam olahraga sepakbola misalnya: Tristan Alif, seorang talenta muda Indonesia mampu mendapatkan perhatian yang luar biasa dari beberapa klub dunia berkat adanya teknologi.
Sementara itu, dalam bidang pendidikan juga terjadi banyak perubahan terutama di tingkat perguruan tinggi. Beberapa universitas di Asia yang selama ini tidak terdengar namanya, kini mulai diperhitungkan seperti National University of Singapore, Nanyang Technological University, Universiti Malaya dan Universiti Putra Malaya yang masuk 50 besar universitas terbaik di Asia versi QS.
Perubahan-perubahan ini juga akan terus menyebar ke bidang-bidang lainnya. Uniknya, perubahan yang terjadi saat ini bersifat tidak biasa, agak rumit dan susah diprediksi karena dipengaruhi oleh beberapa hal.
Hal-hal tersebut antara lain adanya teknologi, bergesernya paradigma tentang uang, besarnya arus urbanisasi, adanya globalisasi, pertumbuhan penduduk dan munculnya para pemimpin yang multietnis.