Kendati Hamka tidak menempuh sekolah formal, namun kecintaanya pada ulama, ilmu, dan dunia literasi (baca tulis) membuatnya dapat menjadi pribadi yang tidak kalah dengan mereka yang berpendidikan formal dalam hal karya dan prestasi.
Perjalanan hidup Buya Hamka tidak selalu mulus. Sejumlah ujian hidup menimpanya, namun tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berdakwah dan produktif menulis buku.
Buya Hamka memiliki keluasan jiwa untuk memaafkan. Sikap ini terlihat pada hubungannya dengan Soekarno dan Mohammad Yamin.
Kontribusinya dalam dakwah, literasi, dan jurnalisitik menjadikan Buya Hamka sebagai ulama besar, sastrawan, dan wartawan sekaligus.
Buya juga seorang negarawan yang disegani karena teguh memegang prinsip. Pilihan politik Buya Hamka sejalan dengan prinsip politik Islam.